Membedakan antara anak yang hanya lambat membaca dan anak yang menderita disleksia melibatkan pemahaman perbedaan nuansa dalam profil kognitif dan neurologis mereka. Disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang ditandai dengan kesulitan dengan pengenalan kata yang akurat dan/atau lancar dan oleh kemampuan ejaan dan decoding yang buruk. Sebaliknya, seorang anak yang lambat membaca mungkin tidak menunjukkan defisit neurologis atau kognitif yang mendasari yang sama. Bagian berikut menguraikan perbedaan utama berdasarkan penelitian terbaru.
Pemrosesan Visual dan Kognitif
- Persepsi Gerak Ilusori: Anak-anak disleksia sering memiliki persepsi yang lebih rendah tentang gerakan ilusi dibandingkan dengan teman sebayanya, yang dapat digunakan sebagai alat diagnostik awal. Metode ini berhasil mengidentifikasi gerakan ilusi pada 94% anak sehat dan hanya 32% anak-anak disleksia, menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemrosesan visual (Rasouli et al., 2024).
- Hambatan Kognitif: Anak-anak disleksia menunjukkan defisit spesifik dalam tugas penghambatan membaca, yang tidak ada dalam tugas penghambatan kognitif umum. Ini menunjukkan bahwa kesulitan membaca mereka bukan karena defisit kognitif umum tetapi khusus untuk tugas membaca (Reybroeck & Rom, 2020).
Perbedaan Neurologis dan Neurofisiologis
- Perubahan Materi Putih: Anak-anak disleksia dapat menunjukkan perubahan pada saluran materi putih seperti fasikuli longitudinal inferior, uncinate, dan superior, yang biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang hanya lambat membaca (Palser et al., 2022).
- Analisis Kompleksitas MEG: Anak-anak disleksia menunjukkan pola yang berbeda dalam rekaman magnetoencephalography (MEG), dengan indeks kompleksitas yang dapat membedakan antara pembaca yang terganggu dan tidak terganggu dengan akurasi 80% (Dimitriadis et al., 2016).
Bahasa dan Pemrosesan Fonologis
- Kesadaran Fonologis: Disleksia sering dikaitkan dengan pembacaan yang buruk yang tidak terduga, yang lebih baik diprediksi oleh kesadaran fonologis yang tidak terduga daripada kesadaran fonologis umum. Perbedaan ini sangat penting dalam mengidentifikasi disleksia sebagai lawan dari keterlambatan membaca umum (Wagner & Lonigan, 2022).
- Pembelajaran Bahasa Kedua: Pada anak-anak yang belajar bahasa kedua, skor linguistik yang rendah saja bukan penanda disleksia yang valid. Sebaliknya, kombinasi skor kognitif rendah dan skor tinggi kompensasi di area lain dapat mengindikasikan disleksia (Helland et al., 2023).
Penilaian dan Identifikasi
- Tes Langsung Membaca dan Ejaan (DTRS): Tes ini dapat membedakan antara disleksia disfonetik dan penundaan membaca non-spesifik dengan spesifisitas dan sensitivitas tinggi, menyediakan alat diagnostik yang jelas untuk membedakan disleksia dari keterlambatan membaca umum (Bosch-Bayard et al., 2018).
- Tantangan Identifikasi Dini: Identifikasi disleksia yang terlambat dapat terjadi karena korban instruksional atau gejala yang muncul terlambat, menekankan perlunya metode penilaian dini dan akurat (Bree et al., 2022).
Meskipun perbedaan ini sangat penting, penting untuk mempertimbangkan bahwa kesulitan membaca dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk dan mungkin tidak selalu cocok dengan kategori diagnostik. Beberapa anak mungkin menunjukkan kombinasi sifat dari disleksia dan keterlambatan membaca umum, yang memerlukan pendekatan penilaian yang komprehensif dan individual. Selain itu, faktor lingkungan, seperti dukungan pendidikan dan paparan membaca, dapat mempengaruhi perkembangan membaca dan harus dipertimbangkan dalam proses penilaian.