Membantu seorang anak mengatasi rasa malu atau takut diejek karena kesulitan dalam matematika melibatkan penanganan aspek emosional dan kognitif dari pengalaman belajar mereka. Sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung yang menumbuhkan ketahanan dan kepercayaan diri sambil memberikan strategi pendidikan yang efektif. Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam mengatasi tantangan langsung tetapi juga membangun fondasi untuk kesuksesan jangka panjang dalam matematika.
Memahami Dampak Emosional
- Kecemasan Matematika: Kecemasan matematika adalah penghalang signifikan yang dapat menyebabkan penghindaran dan kinerja yang buruk. Hal ini ditandai dengan stres dan ketakutan dalam situasi matematika, yang dapat diperburuk oleh pengalaman negatif dan ejekan dari teman sebaya (Johnston-Wilder & Marshall, 2017) (Supekar et al., 2015).
- Malu dan Ejek: Ketakutan diejek dapat berasal dari kurangnya kepercayaan diri dan pengalaman negatif sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan siklus penghindaran dan kesulitan lebih lanjut dalam matematika (Amidon et al., 2020) (Johnston-Wilder & Marshall, 2017).
Strategi untuk Mengatasi Kecemasan Matematika
- Bimbingan Kognitif: Bimbingan kognitif satu-satu intensif telah terbukti mengurangi kecemasan matematika dengan meningkatkan keterampilan matematika dan mengubah respons saraf yang terkait dengan kecemasan. Pendekatan ini dapat membantu anak-anak membangun kepercayaan diri dan mengurangi rasa takut akan ejekan (Supekar et al., 2015).
- Perjuangan Produktif: Mendorong perjuangan produktif dalam matematika dapat membantu anak-anak melihat tantangan sebagai peluang untuk pertumbuhan daripada ancaman. Ini melibatkan menciptakan lingkungan kelas di mana kesalahan dipandang sebagai bagian alami dari pembelajaran (Amidon et al., 2020).
Intervensi Pendidikan
- Strategi Pengajaran Efektif: Intervensi yang disesuaikan yang berfokus pada bidang kesulitan tertentu, seperti memahami angka atau aritmatika, dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan mereka. Strategi ini harus diinformasikan oleh pemahaman tentang proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran matematika (Noël & Karagiannakis, 2022).
- Pemahaman Konseptual: Beralih dari pemahaman matematika berbasis aturan ke konsep dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Program seperti ‘Math Without Fear’ menekankan pemahaman daripada menghafal rote (Resek et al., 1980).
Membangun Lingkungan yang Mendukung
- Keterlibatan Orangtua: Orang tua dapat memainkan peran penting dengan menumbuhkan sikap positif terhadap matematika di rumah. Terlibat dalam kegiatan dan permainan yang berhubungan dengan matematika dapat membantu anak-anak mengembangkan kecintaan terhadap subjek tersebut (Kenschaft, 1997).
- Empati dan Kepercayaan: Guru harus membangun hubungan saling percaya dengan siswa, menggunakan empati untuk mengatasi kesulitan emosional dan perilaku. Pendekatan ini dapat membantu anak-anak merasa aman dan didukung dalam lingkungan belajar mereka (Hogan, 2003).
Perspektif Alternatif
Sementara strategi ini berfokus pada pengurangan kecemasan matematika dan membangun kepercayaan diri, penting juga untuk menyadari bahwa beberapa anak mungkin memiliki ketidakmampuan belajar yang mendasarinya, seperti diskalkulia, yang memerlukan intervensi khusus. Perhatian yang dipersonalisasi dan terapi remedial dapat efektif untuk anak-anak dengan ketidakmampuan belajar tertentu, membantu mereka mengatasi hambatan mereka dan berhasil dalam matematika (Horowitz, 1987). Selain itu, mengatasi reformasi pendidikan yang lebih luas dan praktik pengujian dapat berkontribusi pada lingkungan belajar yang lebih mendukung bagi semua siswa (Kenschaft, 1997).