Membantu anak dengan keterbelakangan mental mengatasi frustrasi melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan teknik perilaku, strategi regulasi emosional, dan lingkungan yang mendukung. Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering menghadapi tantangan dalam mengelola frustrasi karena kesulitan dalam memahami dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Intervensi yang efektif dapat memberdayakan anak-anak ini untuk mengembangkan mekanisme koping dan keterampilan adaptif, yang pada akhirnya meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup mereka. Bagian berikut menguraikan strategi dan intervensi utama berdasarkan makalah penelitian yang disediakan.
Teknik Perilaku
- Chaining and Prompting: Teknik ini melibatkan pemecahan tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan dapat dikelola dan memberikan petunjuk untuk membimbing anak melalui setiap langkah. Metode ini telah terbukti meningkatkan keterampilan adaptif, seperti berpakaian secara mandiri, yang dapat mengurangi frustrasi dengan meningkatkan kemampuan anak untuk melakukan tugas sehari-hari tanpa bantuan (Marhani et al., 2023)].
- Pendekatan Pengkondisian: Menerapkan prosedur pengkondisian dalam lingkungan yang terkendali dapat membantu anak-anak dengan cedera otak minimal mengelola reaksi bencana terhadap rangsangan sepele. Pendekatan ini melibatkan secara bertahap mengekspos anak pada situasi yang memicu frustrasi dan memperkuat respons tenang (Pollack, 1968).
Strategi Regulasi Emosional
- Program Manajemen Kemarahan: Program perawatan kelompok yang disesuaikan untuk individu dengan keterbelakangan mental dapat secara efektif mengurangi perilaku agresif dengan mengajar peserta untuk memberi label emosi dan mengembangkan kontrol diri. Program-program ini sering memerlukan modifikasi, seperti kehadiran pekerja pendukung, untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik para peserta (Rose, 1996).
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Teknik seperti pelatihan inokulasi stres dan terapi rasional-emotif dapat membantu anak-anak mengenali dan mengubah pola bicara diri yang berkontribusi pada frustrasi. Metode-metode ini berfokus pada pengembangan pengendalian diri dan mengurangi kecemasan dan gejala terkait stres (Golden & Consorte, 1982) (Hiebert & Malcolm, 1988).
Lingkungan yang Mendukung
- Intervensi yang Disesuaikan dan Pengaturan Inklusif: Menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung yang mencakup rencana pembelajaran individual dan strategi pengajaran khusus dapat memberdayakan anak-anak dengan cacat intelektual. Lingkungan seperti itu mempromosikan inklusi, penerimaan, dan kesuksesan dengan mengatasi beragam kebutuhan anak-anak ini (- & Gautam, 2024).
- Dukungan Perilaku Positif: Menerapkan strategi dukungan perilaku positif dapat mengurangi perilaku bermasalah yang mengganggu pembelajaran dan interaksi sosial. Strategi ini melibatkan mengidentifikasi pemicu frustrasi dan mengembangkan intervensi proaktif untuk mencegah perilaku tersebut (Dunlap et al., 2016).
Intervensi Teknologi
- Teknologi Interaktif: Memanfaatkan teknologi interaktif, seperti video game dan realitas virtual, dapat mendukung intervensi regulasi emosional. Alat-alat ini dapat membantu anak-anak penyandang cacat intelektual belajar mengenali dan mengelola emosi mereka dengan cara yang terkendali dan menarik (Lara et al., n.d.).
Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk membantu anak-anak dengan keterbelakangan mental mengelola frustrasi, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan individu setiap anak. Menyesuaikan intervensi dengan tantangan dan kekuatan spesifik anak dapat meningkatkan efektivitas strategi ini. Selain itu, membina lingkungan yang mendukung dan memahami di rumah dan dalam pengaturan pendidikan sangat penting untuk perkembangan dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.