Membantu anak dengan keterbelakangan mental memahami konsep “lebih banyak” dan “kurang” melibatkan penggunaan strategi pendidikan yang disesuaikan yang mengakomodasi kemampuan kognitif mereka. Strategi ini harus fokus pada pembelajaran interaktif dan berbasis sensorik, memanfaatkan kerangka kognitif anak yang ada dan secara bertahap memperkenalkan konsep-konsep baru. Prosesnya harus menarik dan dirancang untuk membangun pemahaman anak saat ini tentang angka dan kuantitas.
Pendekatan Pembelajaran Interaktif
- Penggunaan Media Interaktif: Menerapkan media pembelajaran interaktif dapat secara signifikan meningkatkan pemahaman konsep matematika untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental ringan. Media semacam itu harus dirancang dengan pendekatan yang berpusat pada pengguna, berfokus pada kebutuhan anak dan membuat pembelajaran menarik dan dapat diakses. Penggunaan prototipe interaktif telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam memfasilitasi pembelajaran pada anak-anak dengan disabilitas intelektual (Finandhita & Octaviana, 2023).
- Permainan Angka: Memasukkan permainan angka ke dalam proses pembelajaran dapat membuat konsep “lebih” dan “kurang” lebih bermakna dan menyenangkan. Permainan harus diperkenalkan secara terstruktur untuk memastikan keberhasilan pada setiap tahap, yang dapat membantu dalam menguasai keterampilan menghitung dan bilangan dasar (McEvoy & McConkey, 2009).
Pemahaman Konseptual
- Tahap Perkembangan: Anak-anak biasanya memahami konsep “lebih banyak” sebelum “kurang,” karena “lebih” sering dikaitkan dengan jumlah yang lebih besar dan lebih terlihat. Pemahaman ini dapat difasilitasi dengan menggunakan karakteristik jumlah besar dalam bahan ajar, yang membantu anak-anak memahami konsep “banyak” sebagai tahap peralahan (Weiner, 1972).
- Mandat Relasional Turun: Melatih anak-anak untuk memahami “lebih banyak” dan “kurang” melalui perintah relasional yang diturunkan dapat efektif. Ini melibatkan mengajar anak-anak untuk mengasosiasikan rangsangan spesifik dengan konsep “lebih banyak” dan “kurang,” yang dapat dibalik dan dilatih ulang untuk memperkuat pemahaman (Murphy & Barnes-Holmes, 2009).
Perkembangan Sensorik dan Kognitif
- Tugas Pengembangan Sensori: Tugas yang ditujukan untuk perkembangan sensorik dapat membantu mengkonsolidasikan pemahaman konsep matematika dasar, seperti panjang dan kuantitas, pada anak-anak dengan keterbelakangan mental. Tugas-tugas ini harus menjadi bagian dari kurikulum pengembangan kognitif yang lebih luas yang mencakup representasi matematika sensorik dan dasar (“Consolidation of ideas about length in children of senior preschool age with mental retardation”, 2023).
- Sistem Angka Perkiraan: Anak-anak menggunakan sistem kognitif seperti Sistem Angka Perkiraan untuk memahami dan memverifikasi konsep “lebih banyak” dan “kurang.” Sistem ini memungkinkan anak-anak untuk membandingkan kuantitas dalam dimensi numerik dan nonnumerik, memfasilitasi pemahaman netral domain tentang konsep-konsep ini (Odic et al., 2013).
Meskipun strategi ini efektif, penting untuk menyadari bahwa setiap anak mungkin memiliki kebutuhan belajar yang unik dan dapat berkembang pada tingkat yang berbeda. Beberapa anak mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan pengulangan untuk sepenuhnya memahami konsep-konsep ini, dan pendidik harus siap untuk menyesuaikan metode mereka sesuai dengan itu. Selain itu, sementara memahami “kurang” dapat diajarkan, itu mungkin tidak secara langsung meningkatkan keterampilan kognitif lainnya seperti konservasi, menunjukkan bahwa pendekatan multifaset diperlukan untuk perkembangan kognitif yang komprehensif (Holland & Palermo, 1975).