Anak-anak autis memang lebih rentan terhadap intimidasi dibandingkan dengan teman sebayanya yang neurotipikal. Peningkatan kerentanan ini dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk tantangan komunikasi, defisit keterampilan sosial, dan adanya kondisi kejiwaan komorbiditas. Prevalensi intimidasi di antara anak-anak autis secara signifikan lebih tinggi, dan viktimisasi ini dapat menyebabkan konsekuensi psikologis yang parah seperti kecemasan dan depresi. Bagian berikut akan menyelidiki aspek-aspek spesifik dari masalah ini, didukung oleh bukti dari makalah penelitian yang disediakan.
Prevalensi dan Jenis Bullying
- Anak-anak autis 2,4 kali lebih mungkin diintimidasi daripada rekan-rekan mereka yang biasanya berkembang, dengan risiko viktimisasi yang lebih tinggi dilaporkan dalam berbagai studi(Morales-Hidalgo et al., 2024).
- Jenis intimidasi umum yang dialami oleh anak-anak autis termasuk intimidasi verbal, fisik, dan sosial, dengan intimidasi verbal dan fisik menjadi yang paling umum. (Khamis & Jabery, 2024).
- Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Turki, 68,8% anak-anak autis melaporkan mengalami beberapa bentuk viktimisasi teman sebaya, menyoroti sifat meluas dari masalah ini(Gündüz et al., 2024).
Faktor yang Berkontribusi terhadap Kerentanan
- Kesulitan komunikasi dan defisit keterampilan sosial merupakan faktor signifikan yang berkontribusi pada peningkatan risiko intimidasi di antara anak-anak autis (Khamis & Jabery, 2024) (Hsiao et al., 2024).
- Komorbiditas psikiatri, seperti kecemasan dan depresi, lebih umum pada anak-anak autis yang diintimidasi, memperburuk kerentanan mereka (Accardo et al., 2024).
- Faktor sosiodemografi, seperti memiliki orang tua tunggal atau tingkat pendidikan orang tua yang bervariasi, juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko viktimisasi (Gündüz et al., 2024).
Dampak Psikologis dan Emosional
- Viktimisasi intimidasi sangat terkait dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi di kalangan remaja autis, dengan kondisi ini lebih jelas dibandingkan dengan rekan non-autis mereka (Accardo et al., 2024).
- Viktimisasi terkait dengan perilaku membatasi yang lebih intens dan peningkatan masalah perilaku dan emosional, yang selanjutnya berdampak pada kesejahteraan mental anak-anak autis (Morales-Hidalgo et al., 2024).
Intervensi dan Tindakan Perlindungan
- Mengajar keterampilan perlindungan diri melalui pelatihan keterampilan perilaku (BST) telah menunjukkan kemanjuran dalam membantu anak-anak autis merespons situasi intimidasi (Fallon et al., 2025) (Love, 2024).
- Program seperti PEERS® telah efektif dalam mengurangi intimidasi sekolah dan meningkatkan keterampilan sosial di kalangan remaja autis, menunjukkan bahwa intervensi yang ditargetkan dapat mengurangi efek buruk dari intimidasi (Hsiao et al., 2024).
- Ibu dari anak-anak autis telah menyatakan dukungan kuat untuk intervensi anti-intimidasi, termasuk sesi pelatihan dan kehadiran spesialis di sekolah untuk memantau dan mencegah intimidasi (Khamis & Jabery, 2024).
Sementara bukti kuat menunjukkan bahwa anak-anak autis lebih rentan terhadap intimidasi, penting untuk mempertimbangkan konteks intimidasi yang lebih luas di sekolah. Bullying adalah masalah sosial kompleks yang mempengaruhi banyak anak, bukan hanya mereka yang menderita autisme. Faktor-faktor seperti lingkungan sekolah, respons guru, dan dinamika teman sebaya memainkan peran penting dalam prevalensi dan dampak intimidasi. Oleh karena itu, strategi anti-intimidasi komprehensif yang mengatasi faktor-faktor yang lebih luas ini, di samping intervensi yang ditargetkan untuk anak-anak autis, diperlukan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan lebih inklusif bagi semua siswa.