Memastikan bahwa seorang anak dengan disleksia tetap termotivasi untuk belajar sepanjang hidup mereka melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan strategi pendidikan yang efektif, alat teknologi, dan lingkungan yang mendukung. Disleksia, gangguan belajar spesifik yang ditandai dengan kesulitan membaca, dapat secara signifikan mempengaruhi motivasi dan harga diri anak. Namun, dengan intervensi dan sistem pendukung yang tepat, anak-anak dengan disleksia dapat mempertahankan sikap positif terhadap pembelajaran. Bagian berikut menguraikan strategi kunci untuk menumbuhkan motivasi belajar seumur hidup pada anak-anak dengan disleksia.
Intervensi Teknologi
- Telepractice dan Alat Online: Penggunaan telepractice, seperti pendekatan Orton-Gillingham yang disampaikan secara online, telah terbukti meningkatkan keterampilan membaca pada anak-anak dengan disleksia, sehingga meningkatkan motivasi mereka untuk belajar dengan membuat pembelajaran dapat diakses dan melibat (“Telepractice Reading Intervention using Orton-Gillingham Approach for Child with Dyslexia”, 2023).
- Gamifikasi: Alat seperti LexiPal menggunakan gamifikasi untuk merangsang motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Fitur seperti leveling, antarmuka interaktif, dan sistem penghargaan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa disleksia (Cahyono, 2022).
- Cerita Interaktif: Tutor kefasihan disleksia RAFT, yang menggunakan penceritaan interaktif, telah ditemukan meningkatkan membaca sukarela di antara anak-anak dengan disleksia, sehingga meningkatkan motivasi mereka untuk terlibat dengan bahan baca (Ward et al., 2012).
Strategi Pendidikan
- Pembelajaran Multisensoris: Menerapkan pendekatan pembelajaran multisensori, seperti yang disarankan oleh prinsip Universal Design for Learning (UDL), dapat membantu pelajar disleksia dengan mengurangi beban kognitif dan membuat pembelajaran lebih dapat diakses (Ali et al., 2024).
- Identifikasi Dini dan Intervensi: Identifikasi dini disleksia dan penerapan strategi intervensi, seperti yang melibatkan ‘The Big 6 of Reading’, sangat penting untuk membangun harga diri dan motivasi anak (Sutton & Shields, 2016).
- Pemikiran Desain dan Pendekatan Berpusat pada Manusia: Pendekatan ini dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi yang memenuhi kebutuhan unik siswa disleksia, sehingga meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka (Campos et al., 2020).
Lingkungan Belajar yang Mendukung
- Strategi Pembelajaran Motivasi: Proyek FORDYSVAR menyoroti pentingnya menggunakan teknologi sebagai alat motivasi untuk menciptakan ruang pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan bagi siswa disleksia (Cano et al., 2021).
- Alat Pembelajaran Bantuan: Mengembangkan alat pembelajaran bantu yang menggabungkan faktor motivasi dapat meningkatkan pengalaman belajar dan efisiensi bagi siswa dengan disleksia (Wang et al., 2017).
- Produk Pendidikan Berwujud: Produk yang dirancang dengan pertimbangan beban multisensori dan kognitif dapat secara signifikan meningkatkan hasil literasi dan motivasi pada pelajar disleksia (Ali et al., 2024).
Meskipun strategi ini efektif, penting untuk menyadari bahwa motivasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, seperti lingkungan anak, dukungan dari pendidik dan keluarga, dan minat pribadi. Selain itu, integrasi teknologi dan alat pendidikan inovatif harus diimbangi dengan sistem pendukung tradisional untuk memastikan pendekatan holistik terhadap pembelajaran. Dengan memahami dan mengatasi beragam kebutuhan pelajar disleksia, pendidik dan pengasuh dapat membantu mempertahankan motivasi mereka untuk belajar sepanjang hidup mereka.