Integrasi teknologi dalam proses pembelajaran untuk anak-anak dengan cerebral palsy (CP) dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan berhitung mereka dengan memenuhi kebutuhan pendidikan mereka yang unik. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan teknologi bantu (AT) memberikan solusi inovatif untuk mengatasi hambatan yang terkait dengan gangguan motorik dan kesulitan komunikasi, sehingga memfasilitasi lingkungan belajar yang lebih inklusif. Teknologi ini tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan matematika tetapi juga mempromosikan otonomi, motivasi, dan keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran. Bagian berikut mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat digunakan secara efektif dalam mengajar berhitung kepada anak-anak dengan CP.
Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
- Alat TIK telah terbukti meningkatkan komunikasi dan proses pembelajaran bagi siswa dengan CP. Guru sering menggunakan teknologi ini, yang berkontribusi pada pembelajaran dan memfasilitasi inklusi siswa dengan CP dengan mengembangkan keterampilan komunikasi dan psikomotorik mereka (Oliveira et al., 2015) (Ribeiro & Martins, n.d.).
- Pengamatan menunjukkan bahwa siswa dengan CP lebih termotivasi dan otonom ketika terlibat dalam kegiatan berbasis komputer, yang dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan berhitung (Oliveira et al., 2015) (Ribeiro & Martins, n.d.).
Teknologi Bantu (AT) dalam Pendidikan Berhitung
- Teknologi bantu, sebagaimana didefinisikan oleh Undang-Undang Pendidikan Individu dengan Disabilitas (IDEA), mencakup perangkat yang meningkatkan kemampuan fungsional anak-anak penyandang cacat. Teknologi ini sangat penting untuk menyediakan pendidikan publik yang gratis dan sesuai kepada siswa dengan CPÂ (Parette, 1996).
- AT dapat meminimalkan hambatan pendidikan dengan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi lebih penuh dalam pelajaran berhitung. Ini termasuk penggunaan perangkat lunak dan perangkat khusus yang memenuhi kebutuhan khusus anak-anak dengan CPÂ (Botha & Mihai, 2024).
Alat Digital dan Latihan Multimedia
- Teknologi digital, seperti latihan multimedia, telah efektif dalam meningkatkan keterampilan matematika di antara anak-anak dengan CP. Latihan-latihan ini sering lebih disukai daripada metode berbasis kertas tradisional, yang mengarah pada peningkatan minat, ketekunan, dan sikap positif terhadap pembelajaran (Reis et al., 2010).
- Sebuah studi kasus menunjukkan bahwa latihan multimedia dalam sistem berbasis web membantu anak-anak dengan CP menjadi lebih otonom dan terlibat, menunjukkan bahwa pendekatan serupa dapat diterapkan pada pendidikan berhitung (Reis et al., 2010).
Perkembangan Kognitif dan E-inklusi
- Alat TIK tidak hanya membantu mengatasi hambatan motorik tetapi juga mendukung perkembangan kognitif pada anak-anak dengan CP. Program perangkat lunak yang dirancang untuk komputasi dan komunikasi dapat meningkatkan keterampilan logis-matematika, yang penting untuk pembelajaran berhitung (Martinengo & Curatelli, 2009).
- Integrasi alat-alat ini ke dalam rencana pendidikan memungkinkan pengalaman belajar yang lebih lengkap dan efisien, disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak dengan CPÂ (Martinengo & Curatelli, 2009).
Tantangan dan Pertimbangan
Sementara teknologi menawarkan manfaat yang signifikan, penting untuk mempertimbangkan tantangan yang terkait dengan implementasinya. Pelatihan untuk pendidik dan siswa sangat penting untuk memaksimalkan efektivitas alat-alat ini. Selain itu, lingkungan yang mendukung dan kolaborasi dengan profesional kesehatan dapat lebih meningkatkan pengalaman belajar untuk anak-anak dengan CPÂ (Botha & Mihai, 2024)Â (Dahwache et al., 2012). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan program pelatihan yang komprehensif dan untuk mengeksplorasi potensi penuh teknologi dalam mengubah pendidikan berhitung untuk anak-anak dengan CPÂ (Botha & Mihai, 2024).
Kesimpulannya, penggunaan teknologi dalam mengajar berhitung kepada anak-anak dengan cerebral palsy sangat menjanjikan. Dengan mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh para siswa ini, TIK dan AT dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif. Namun, implementasi yang sukses membutuhkan perencanaan, pelatihan, dan kolaborasi yang cermat antara pendidik, profesional kesehatan, dan keluarga.