Pertanyaan apakah tes IQ dapat menentukan apakah seorang anak menderita disleksia itu kompleks dan beragam. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar spesifik yang ditandai dengan kesulitan dengan pengenalan kata yang akurat dan/atau lancar dan oleh kemampuan ejaan dan decoding yang buruk. Secara historis, model perbedaan pencapaian IQ telah digunakan untuk mendiagnosis disleksia, di mana kesenjangan yang signifikan antara IQ anak dan prestasi membaca menunjukkan disleksia. Namun, pendekatan ini telah dikritik karena asumsi dan keterbatasannya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meskipun tes IQ dapat memberikan informasi yang berguna, mereka tidak pasti dalam mendiagnosis disleksia.
Keterbatasan Model Perbedaan Pencapaian IQ
- Asumsi dan Kritik: Model perbedaan pencapaian IQ mengasumsikan bahwa tes kecerdasan dapat secara akurat mengukur kapasitas intelektual potensial dan bahwa disleksia tidak mempengaruhi kinerja tes IQ. Namun, asumsi ini belum terbukti secara meyakinkan. Studi menunjukkan bahwa penderita disleksia dan pembaca yang buruk tidak berbeda secara signifikan dalam tugas membaca, menantang validitas penggunaan perbedaan IQ untuk mendefinisikan disleksia (Toth & Siegel, 2020) (Siegel, 1992).
- Kurangnya Keistimewa: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia dan pembaca yang buruk melakukan yang sama pada tugas membaca, mengeja, dan pemrosesan fonologis, menunjukkan bahwa model perbedaan tidak secara efektif membedakan antara kelompok-kelompok ini (Siegel, 1992)].
Pendekatan Alternatif untuk Penilaian Disleksia
- Penilaian Neurobiologis dan Kognitif: Disleksia dipengaruhi oleh faktor neurobiologis, dan analisis sinyal EEG telah dieksplorasi sebagai metode untuk menilai disleksia. Pendekatan ini dapat mengidentifikasi perubahan aktivitas otak yang terkait dengan disleksia, menawarkan metode penilaian yang lebih langsung daripada tes IQÂ (Pehlivan et al., 2024).
- Model Pembelajaran Mesin: Model pembelajaran mesin lanjutan, seperti EFAM-XGB, telah dikembangkan untuk mendiagnosis disleksia dengan akurasi tinggi dengan menganalisis kinerja tugas dan skor penilaian. Model-model ini memberikan pemahaman yang lebih bernuansa tentang profil pembelajaran anak (Mulakaluri & Shivappa, 2024).
Peran Tes IQ dalam Penilaian Disleksia
- Profil Informatif: Meskipun tes IQ saja tidak cukup untuk mendiagnosis disleksia, tes tersebut dapat berkontribusi pada profil informatif yang membantu dalam memahami kebutuhan belajar anak. Informasi ini dapat berharga untuk menyesuaikan intervensi pendidikan (“Assessment”, 2016) (Mather & Schneider, 2023).
- Stabilitas dan Variabilitas: Studi telah menunjukkan variabilitas dalam ukuran IQ di antara individu disleksia, dengan IQ verbal sering tertinggal karena kurang pengalaman membaca dan menulis. Ini menunjukkan bahwa hanya mengandalkan tes IQ untuk keputusan penting mungkin bermasalah (Ingesson, 2006).
Perspektif yang Lebih Luas tentang Diagnosis Disleksia
Penggunaan tes IQ dalam mendiagnosis disleksia adalah bagian dari perdebatan yang lebih luas tentang metode terbaik untuk mengidentifikasi dan mendukung anak-anak dengan ketidakmampuan belajar. Sementara tes IQ dapat memberikan wawasan tentang kemampuan kognitif anak, tes tersebut harus digunakan bersama dengan alat dan metode penilaian lain untuk memastikan pemahaman yang komprehensif tentang kebutuhan anak. Fokusnya harus pada mengidentifikasi tantangan pembelajaran tertentu dan memberikan intervensi yang tepat, daripada hanya mengandalkan perbedaan IQ. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan kontemporer yang menekankan penilaian holistik disleksia, dengan mempertimbangkan faktor kognitif dan neurobiologis.