Terapi sensorik telah muncul sebagai intervensi yang menjanjikan untuk anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), dengan fokus pada peningkatan pemrosesan sensorik, interaksi sosial, dan kinerja pekerjaan. Berbagai penelitian telah mengeksplorasi modalitas terapi sensorik yang berbeda, seperti diet sensorik, terapi integrasi sensorik, dan intervensi ruang sensorik, menunjukkan manfaat potensial mereka untuk anak-anak dengan ASD. Terapi ini bertujuan untuk mengatasi tantangan pemrosesan sensorik yang lazim pada anak-anak dengan autisme, sehingga meningkatkan fungsi dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Di bawah ini adalah wawasan kunci dari penelitian tentang efektivitas terapi sensorik untuk anak-anak dengan autisme.
Diet Sensorik dan Terapi Teleokupasi
- Sebuah studi yang membandingkan program diet sensorik yang disampaikan melalui terapi tatap muka dan teleokupasi menemukan peningkatan yang signifikan dalam pola pemrosesan sensorik, kompetensi sosial, dan kinerja pekerjaan pada anak-anak dengan ASD. Kedua metode ini efektif, menunjukkan bahwa diet sensorik dapat bermanfaat terlepas dari mode persalinan (Dehghani et al., 2025).
Terapi Integrasi Sensorik
- Terapi integrasi sensorik telah terbukti menghasilkan hasil yang signifikan dalam mengobati gangguan pemrosesan sensorik pada anak-anak dengan ASD. Namun, efektivitas terapi lain tetap tidak meyakinkan, menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk menetapkan protokol pengobatan standar (Orgel, 2024).
- Tinjauan sistematis mengkonfirmasi bahwa intervensi integrasi sensorik memenuhi kriteria untuk praktik berbasis bukti, terutama dalam pengaturan klinis. Namun, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut dalam pengaturan naturalistik untuk lebih memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari (Camino-Alarcón et al., 2024).
Intervensi Ruang Sensorik dan Ruang Sensorik Motorik
- Terapi ruang sensorik, bila dikombinasikan dengan terapi konvensional, secara signifikan meningkatkan tantangan sensorik dan keterampilan motorik pada anak-anak dengan ASD. Orang tua melaporkan kepuasan tinggi dengan terapi, mencatat peningkatan perilaku dan keterlibatan dalam kegiatan (Awaida et al., 2024).
- Intervensi ruang sensorik motorik juga menunjukkan peningkatan dalam integrasi sensorik, koordinasi motorik, dan interaksi sosial, menunjukkan bahwa lingkungan seperti itu dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan ASDÂ (Savarese et al., 2025).
Terapi Psikologis dan Musik
- Terapi psikologis, termasuk Terapi Perilaku Kognitif (CBT), terapi bermain, dan intervensi berbasis kesadaran, telah menunjukkan berbagai tingkat efektivitas dalam meningkatkan keterampilan pemrosesan sensorik. Terapi bermain dan intervensi mindfulness sangat efektif dalam mengintegrasikan elemen sensorik dan mengurangi tekanan sensorik, masing-masing (Khushboo & Abdull, 2024).
- Terapi musik telah ditemukan untuk meningkatkan kemampuan persepsi, interaksi sosial, dan keterampilan komunikasi pada anak-anak dengan autisme, menawarkan sarana ekspresi non-verbal dan integrasi sosial (Yan, 2024).
Integrasi Sensorik dalam Olahraga
- Terapi integrasi sensorik yang diterapkan melalui kegiatan olahraga telah efektif dalam mengelola masalah perilaku pada anak-anak dengan ASD. Pendekatan ini memanfaatkan propriosepsi dan pemrosesan vestibular untuk meningkatkan regulasi perilaku dan fokus (Samad et al., 2024).
Sementara terapi sensorik menunjukkan harapan dalam membantu anak-anak dengan autisme, penting untuk mempertimbangkan variabilitas dalam respons individu terhadap intervensi ini. Efektivitas terapi sensorik dapat bergantung pada faktor-faktor seperti tantangan sensorik spesifik yang dihadapi oleh anak, jenis terapi yang digunakan, dan pengaturan di mana terapi itu disampaikan. Selain itu, integrasi terapi sensorik dengan pendekatan terapeutik lain, seperti terapi psikologis atau musik, dapat menawarkan strategi perawatan yang lebih komprehensif untuk anak-anak dengan ASD. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan intervensi ini dan menyesuaikannya dengan beragam kebutuhan anak-anak dengan autisme.