Terapi sensorik telah muncul sebagai intervensi yang menjanjikan untuk anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), dengan fokus pada peningkatan pemrosesan sensorik, interaksi sosial, dan kinerja pekerjaan. Terapi ini mencakup berbagai pendekatan, termasuk terapi integrasi sensorik, diet sensorik, dan intervensi ruang sensorik, masing-masing bertujuan untuk mengatasi tantangan pemrosesan sensorik unik yang dihadapi oleh anak-anak autis. Penelitian menunjukkan bahwa terapi ini dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan pemrosesan sensorik dan hasil perilaku terkait, meskipun efektivitasnya dapat bervariasi berdasarkan pendekatan spesifik dan kebutuhan individu anak.
Terapi Integrasi Sensorik
- Terapi integrasi sensorik (SIT) dirancang untuk membantu anak-anak dengan ASD memproses informasi sensorik dengan lebih efektif. Penelitian telah menunjukkan bahwa SIT dapat meningkatkan interaksi sosial dan keterampilan komunikasi pada anak-anak autis dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk memproses rangsangan sensori (Terapi et al., 2024).
- Sebuah uji coba terkontrol secara acak menunjukkan bahwa SIT, bila dikombinasikan dengan aktivitas bermain sensorik di rumah, secara signifikan meningkatkan pola pemrosesan sensorik seperti penghindaran sensorik, sensitivitas, dan pendaftaran pada anak-anak dengan ASDÂ (Baharian et al., 2023).
Program Diet Sensorik
- Program diet sensorik, yang melibatkan kegiatan terstruktur yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan sensorik anak-anak, telah terbukti meningkatkan pola pemrosesan sensorik, kompetensi sosial, dan kinerja pekerjaan. Program-program ini dapat disampaikan secara efektif baik secara langsung maupun melalui terapi teleokupasi, memberikan fleksibilitas bagi keluarga (Dehghani et al., 2025).
- Integrasi diet sensorik dengan adaptasi telehealth, seperti Ayres Sensory Integration®, telah ditemukan layak dan dapat diterima, berpotensi menjembatani kesenjangan layanan untuk keluarga dengan akses terbatas ke terapi tatap langsung (Schiano et al., 2024).
Ruang Sensorik dan Terapi Gabungan
- Terapi ruang sensorik, bila dikombinasikan dengan terapi konvensional, telah terbukti secara signifikan meningkatkan tantangan sensorik dan keterampilan motorik pada anak-anak dengan ASD. Orang tua melaporkan kepuasan tinggi dengan pendekatan gabungan, mencatat peningkatan perilaku dan keterlibatan dalam aktivitas (Awaida et al., 2024).
- Pelatihan ruang sensorimotor juga telah menunjukkan peningkatan dalam integrasi sensorik, koordinasi motorik, dan interaksi sosial, menunjukkan bahwa lingkungan seperti itu dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan ASDÂ (Savarese et al., 2025).
Terapi Psikologis dan Alternatif
- Terapi psikologis, termasuk Terapi Perilaku Kognitif (CBT), terapi bermain, dan intervensi berbasis kesadaran, telah menunjukkan berbagai tingkat efektivitas dalam meningkatkan keterampilan pemrosesan sensorik. Terapi ini dapat melengkapi intervensi sensorik dengan mengatasi regulasi emosional dan fungsi adaptif (Khushboo & Abdull, 2024).
- Terapi alternatif, seperti intervensi motorik dan pelatihan sensorik, diterima secara luas dalam praktik klinis dan dapat diintegrasikan dengan perawatan rehabilitasi lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak dengan ASDÂ (Zhang, 2023).
Sementara terapi sensorik menunjukkan harapan dalam membantu anak-anak autis, penting untuk mempertimbangkan variabilitas hasil dan kebutuhan akan pendekatan individual. Efektivitas intervensi sensorik dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti durasi dan frekuensi terapi, tantangan sensorik spesifik yang dihadapi oleh anak, dan keterlibatan pengasuh dalam proses terapeutik. Selain itu, sementara beberapa penelitian melaporkan peningkatan yang signifikan, yang lain menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk menetapkan protokol standar dan manfaat jangka panjang (Orgel, 2024) (Randell et al., 2024).