Terapi untuk anak-anak hiperaktif, terutama mereka yang didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), tidak bekerja secara universal untuk semua kasus. Efektivitas terapi dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada jenis terapi, karakteristik individu anak, dan konteks di mana terapi diterapkan. Sementara beberapa pendekatan terapeutik telah menunjukkan harapan, yang lain telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten, menyoroti kompleksitas mengobati hiperaktif pada anak-anak. Bagian berikut mengeksplorasi berbagai pendekatan terapeutik dan efektivitasnya.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
- Terapi perilaku kognitif generasi ketiga (Hyper-MCBT) telah dibandingkan dengan program pengobatan tradisional seperti program Barkley. Sementara hyper-mCBT telah menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan, efektivitas program psikoterapi untuk ADHD tetap tidak konsisten, dengan beberapa penelitian menunjukkan perbaikan klinis dan yang lain tidak sebanyak itu (Crouzet et al., 2022).
- Terapi perilaku kognitif telah dicatat karena potensinya dalam meningkatkan penalaran kausal dan kemanjuran yang dirasakan sendiri, meskipun peningkatan nyata dalam perilaku tidak selalu jelas. Ini menunjukkan bahwa meskipun CBT dapat bermanfaat, CBT mungkin tidak mengatasi semua gejala atau efektif untuk setiap anak (Whalen & Henker, 1987).
Terapi Perilaku
- Terapi perilaku, termasuk pelatihan orang tua dan manajemen kontingensi, sering direkomendasikan, terutama untuk anak yang lebih kecil. Ini dianggap sebagai pengobatan lini pertama sebelum pengobatan pada anak-anak usia prasekolah. Namun, keberhasilan program manajemen perilaku dapat dibatasi, karena mereka mungkin tidak sepenuhnya mengatasi masalah spesifik anak-anak hiperaktif (Kis et al., 2022) (Houlihan & Houten, 1989).
- Heterogenitas gejala ADHD dan perbedaan individu di antara anak-anak memerlukan pendekatan yang disesuaikan untuk terapi perilaku, yang dapat mempersulit penerapan universalnya (Whalen & Henker, 1991).
Farmakoterapi dan Pendekatan Gabungan
- Farmakoterapi, terutama dengan stimulan seperti methylphenidate, seringkali efektif dalam mengurangi gejala ADHD tetapi datang dengan efek samping potensial, seperti masalah jantung dan pertumbuhan. Obat non-stimulan seperti atomoxetine menawarkan alternatif dengan efek samping yang lebih sedikit (“The management of attention-deficit hyperactivity disorder in children: updated 2022”, 2022).
- Kombinasi terapi perilaku dan farmakoterapi sering direkomendasikan untuk mengoptimalkan hasil terapeutik. Pendekatan multimodal ini mengakui kompleksitas ADHD dan kebutuhan akan rencana perawatan individual (Kis et al., 2022).
Terapi Berbasis Teori Sistem dan Komunikasi
- Pendekatan alternatif berdasarkan sistem dan teori komunikasi telah menunjukkan keberhasilan dalam persentase kasus yang signifikan, dengan peningkatan keberhasilan dan perilaku sekolah. Metode ini menekankan pentingnya dinamika keluarga dan hubungan dalam mengelola hiperaktifitas (Bonney, 2000).
Meskipun terapi dapat efektif untuk banyak anak hiperaktif, ini bukan solusi yang cocok untuk semua. Variabilitas dalam menanggapi terapi yang berbeda menggarisbawahi perlunya rencana perawatan yang dipersonalisasi yang mempertimbangkan kebutuhan dan keadaan unik setiap anak. Selain itu, integrasi beberapa modalitas terapeutik dapat meningkatkan kemanjuran pengobatan, meskipun pendekatan ini memerlukan koordinasi dan pemantauan yang cermat.