erapi okupasi (OT) memainkan peran penting dalam manajemen dan rehabilitasi anak-anak dengan cerebral palsy (CP), dengan fokus pada peningkatan kemampuan fungsional, partisipasi dalam kegiatan sehari-hari, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Terapi ini disesuaikan untuk memenuhi beragam kebutuhan anak-anak dengan CP, yang dapat mencakup fungsi motorik, komunikasi, dan keterampilan perawatan diri. Integrasi berbagai pendekatan dan teknologi terapeutik telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan efektivitas OT untuk anak-anak ini. Di bawah ini adalah aspek kunci terapi okupasi untuk anak-anak dengan cerebral palsy, yang didukung oleh makalah penelitian yang disediakan.
Peningkatan Fungsi Motor
- Terapi okupasi yang dikombinasikan dengan stimulasi arus searah transkranial (tDCS) telah terbukti secara signifikan meningkatkan fungsi ekstremitas atas pada anak-anak dengan CP unilateral. Terapi kombinasi ini menyebabkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan OT saja, menyoroti potensi mengintegrasikan teknik stimulasi listrik dalam program rehabilitasi (Ebrahimabadi et al., 2024).
- Terapi gerakan yang diinduksi kendala (m-CIMT) yang dimodifikasi, bila dikombinasikan dengan aktivitas berbasis pekerjaan, telah efektif dalam meningkatkan kemampuan manual dan partisipasi dalam kegiatan sehari-hari untuk anak-anak dengan hemiplegia. Pendekatan ini menekankan pentingnya intervensi yang berpusat pada klien dan berbasis aktivitas (Ostadzadeh et al., 2023).
- Akupunktur, baik jarum cepat atau penahan jarum, dikombinasikan dengan OT, telah menunjukkan hasil klinis yang lebih baik dalam meningkatkan disfungsi tangan pada anak-anak dengan CP spastik dibandingkan dengan OT saja. Jarum cepat, khususnya, menunjukkan profil keamanan yang lebih baik (Wu et al., 2024).
Perawatan Diri dan Keterampilan Hidup Sehari-hari
- Intervensi pasca bedah, seperti rhizotomi dorsal selektif (SDR), mendapat manfaat signifikan dari OT dalam meningkatkan keterampilan perawatan diri, terutama dalam berpakaian. Jumlah sesi OT dan tingkat GMFCS anak berkorelasi dengan peningkatan kinerja perawatan diri (Forst & Sylvanus, 2022).
- Pendekatan Orientasi Kognitif terhadap Kinerja Kerja harian (CO-OP), bila dikombinasikan dengan pengobatan perkembangan saraf (NDT), telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja dan kepuasan kerja, menunjukkan efektivitasnya dalam meningkatkan status fungsional pada anak-anak dengan CPÂ (Kolit & Ekici, 2022)].
Komunikasi dan Adaptasi Lingkungan
- Terapis okupasi memainkan peran penting dalam menerapkan Sistem Komunikasi Augmentatif dan Alternatif (AACS) untuk anak-anak dengan CP. Ini melibatkan penilaian dan adaptasi alat komunikasi untuk memenuhi kebutuhan individu, sehingga meningkatkan partisipasi dalam kegiatan di mana defisit komunikasi merupakan hambat (Duarte et al., 2022)].
- Faktor pendukung lingkungan pendidikan, seperti kehadiran asisten pribadi dan sikap positif dari anggota tim, sangat penting dalam mengatasi disfungsi postural dan meningkatkan partisipasi dalam pengaturan sekolah (Harutyunyan & Margaryan, 2024).
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Terapi
- Efektivitas OT dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia di mana terapi dimulai, frekuensi sesi, dan status sosial ekonomi. Intervensi dini dan sesi terapi yang konsisten dikaitkan dengan hasil fungsi motorik yang lebih baik (Pourahmad et al., 2021).
Sementara terapi okupasi merupakan landasan dalam pengelolaan cerebral palsy, integrasi terapi komplementer seperti tDCS, akupunktur, dan m-CIMT dapat meningkatkan efektivitasnya. Namun, pilihan intervensi harus disesuaikan dengan kebutuhan individu anak, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, tingkat keparahan CP, dan tujuan fungsional tertentu. Selain itu, peran adaptasi lingkungan dan bantuan komunikasi menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam OT untuk anak-anak dengan CP.