Terapi neurofeedback dan stimulasi otak telah menunjukkan potensi dalam membantu anak-anak dengan dyscalculia, gangguan belajar spesifik yang mempengaruhi kognisi numerik. Dyscalculia ditandai dengan kesulitan dalam memproses informasi numerik dan melakukan tugas aritmatika, meskipun kecerdasan dan kemampuan membaca normal. Studi terbaru telah mengeksplorasi kemanjuran teknik neurofeedback dan stimulasi otak, seperti stimulasi kebisingan acak transkranial (TRNs), dalam meningkatkan kemampuan matematika pada anak-anak dengan diskalkulia. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi otak dan konektivitas, sehingga mengatasi defisit saraf yang mendasari yang terkait dengan diskalkulia. Bagian berikut menyelidiki temuan spesifik dan implikasi dari studi ini.
Terapi Neurofeedback
- Efektivitas: Terapi neurofeedback telah terbukti secara signifikan meningkatkan kinerja matematika pada anak-anak dengan diskalkulia. Sebuah studi yang melibatkan anak-anak kelas tiga menunjukkan bahwa mereka yang menerima perawatan neurofeedback menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam nilai tes matematika dibandingkan dengan kelompok palsu, dengan efek bertahan setelah satu tahun tindak lanjut (Hashemian & Hashemian, 2015).
- Fungsi Eksekutif: Pelatihan neurofeedback juga telah ditemukan untuk meningkatkan fungsi eksekutif pada siswa diskalkulik. Perbaikan diamati dalam tugas yang mengukur memori kerja, kontrol kognitif, dan kemampuan pemecahan masalah, menunjukkan bahwa neurofeedback dapat berdampak positif pada proses kognitif yang penting untuk pembelajaran matematis (Khosrorad & Koohbanani, 2014).
Stimulasi Otak
- Stimulasi Kebisingan Acak Transkranial (tRNs) : Sebuah uji klinis yang menyelidiki penggunaan tRNs yang dikombinasikan dengan pelatihan kognitif menemukan bahwa teknik stimulasi otak ini secara signifikan meningkatkan kinerja aritmatika pada anak-anak dengan ketidakmampuan belajar matematika. Perbaikan dipertahankan dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa tRNs dapat secara efektif meningkatkan kognisi numerik dengan memodulasi aktivitas otak (Lazzaro et al., 2021).
- Mekanisme Saraf: Efektivitas stimulasi otak didukung oleh studi neuroimaging yang menyoroti peran daerah otak tertentu, seperti sulkus intraparietal, dalam pemrosesan numerik. Anak-anak diskalkulik sering menunjukkan aktivasi dan konektivitas atipikal di area ini, yang bertujuan untuk dinormalisasi oleh stimulasi otak (Rosenberg-Lee et al., 2015) (Kucian et al., 2006).
Wawasan Neurobiologis
- Defisit Saraf: Dyscalculia dikaitkan dengan perubahan struktural dan fungsional di area otak yang terlibat dalam representasi besaran dan pemrosesan aritmatika. Defisit ini terkait dengan jaringan saraf yang terganggu untuk perhitungan perkiraan dan pemrosesan angka simbolik (Menon et al., 2020) (Kuhn, 2015).
- Hiper-konektivitas: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan diskalkulia mungkin mengalami hiper-konektivitas di sirkuit otak tertentu selama pemecahan masalah aritmatika, yang dapat berkontribusi pada kesulitan mereka. Teknik stimulasi otak seperti tRNs dapat membantu dalam memodulasi koneksi ini untuk meningkatkan kinerja matematis (Rosenberg-Lee et al., 2015).
Sementara terapi neurofeedback dan stimulasi otak menunjukkan harapan dalam mengatasi diskalkulia, penting untuk mempertimbangkan konteks intervensi pendidikan yang lebih luas. Metode tradisional, seperti perangkat lunak adaptif dan sistem pelatihan langsung, juga memainkan peran penting dalam mendukung anak-anak dengan diskalkulia dengan memperkuat kemampuan mereka untuk memproses jumlah dan menghubungkannya dengan simbol angka yang sudah dikenal (Erfurt et al., 2019) (Butterworth et al., 2011). Pendekatan ini, diinformasikan oleh ilmu saraf kognitif, menawarkan strategi pelengkap untuk neurofeedback dan stimulasi otak, menyoroti pentingnya pendekatan multifaset untuk intervensi.