Terapi diet telah dieksplorasi sebagai intervensi potensial untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya, termasuk gangguan spektrum autisme (ASD). Sementara beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi diet spesifik mungkin memiliki efek menguntungkan pada gejala tertentu, bukti tetap tidak meyakinkan dan seringkali tidak memiliki dukungan ilmiah yang kuat. Penelitian ini terutama berfokus pada intervensi diet seperti diet bebas gluten, bebas kasein (GFCF), diet ketogenik, dan suplementasi mikronutrien, dengan hasil yang bervariasi. Di bawah ini, dampak potensial terapi diet pada anak-anak dengan keterbelakangan mental dibahas secara rinci.
Diet Bebas Gluten dan Bebas Kasein
- Diet GFCF telah dipelajari secara ekstensif pada anak-anak dengan ASD, suatu kondisi yang memiliki beberapa tantangan kognitif dan perkembangan dengan keterbelakangan mental. Namun, hasilnya beragam. Satu studi menemukan tidak ada peningkatan yang signifikan dalam fungsi kognitif ketika diet GFCF digunakan sendiri, meskipun menunjukkan beberapa manfaat bila dikombinasikan dengan terapi perkembangan saraf (Alsayegh et al., 2025).
- Tinjauan sistematis dan meta-analisis menunjukkan bahwa sementara diet GFCF tidak secara signifikan memperbaiki gejala inti ASD, mereka mungkin memiliki beberapa efek pada perilaku sosial (Yu et al., 2022). Namun, temuan ini tidak langsung berlaku untuk keterbelakangan mental tanpa penelitian khusus lebih lanjut.
Diet Ketogenik
- Diet ketogenik telah menunjukkan beberapa janji dalam meningkatkan parameter neurofisiologis dan klinis pada model hewan autisme, dan satu studi klinis melaporkan peningkatan skala peringkat autisme (Gogou & Kolios, 2018). Namun, aplikasi langsungnya pada keterbelakangan mental membutuhkan penelitian yang lebih bertarget.
Intervensi Mikronutrien dan Nutrisi
- Kekurangan nutrisi telah dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan saraf, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengatasi kekurangan ini dapat memengaruhi perkembangan kognitif. Misalnya, asupan seng telah dikaitkan dengan tingkat IQ pada anak-anak dengan disabilitas intelektual (Sayed et al., 2020).
- Suplementasi mikronutrien spektrum luas dan asam lemak esensial telah menunjukkan beberapa potensi dalam memperbaiki gejala pada anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf, meskipun bukti tetap tidak konsisten (Taylor et al., 2018).
Temuan Umum dan Keterbatasan
- Penelitian historis tentang intervensi diet untuk keterbelakangan mental sebagian besar bersifat anekdot dan tidak terkontrol dengan baik, dengan hasil yang tidak kuat mendukung kemanjuran (Ellis et al., 1999).
- Diet rendah energi pada pasien rawat inap obesitas terbelakang mental menghasilkan penurunan berat badan dan peningkatan parameter metabolisme, tetapi dampaknya pada fungsi kognitif tidak dinilih (Antal et al., 1988).
- Peran diet dalam kesehatan mental mendapatkan perhatian, dengan beberapa bukti menunjukkan bahwa diet rasional dan aktivitas fisik dapat memiliki efek psikoprotektif (Grajek et al., 2022).
Sementara terapi diet memiliki potensi sebagai pendekatan komplementer untuk mengelola gejala yang terkait dengan keterbelakangan mental dan gangguan terkait, bukti saat ini tidak pasti. Efektivitas intervensi diet sangat bervariasi, dan studi yang lebih ketat dan terkontrol dengan baik diperlukan untuk menetapkan pedoman yang jelas. Selain itu, rencana diet individual, yang dikembangkan bekerja sama dengan profesional kesehatan, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan unik setiap anak.