Memahami pola atau urutan memang bisa menjadi tantangan yang signifikan bagi individu dengan diskalkulia, ketidakmampuan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan matematika. Dyscalculia ditandai dengan kesulitan dalam memahami konsep numerik, melakukan operasi aritmatika, dan memahami urutan dan pola matematika. Kondisi ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk prosedural, memori semantik, dan subtipe visuospasial, masing-masing mempengaruhi aspek pemrosesan matematika yang berbeda. Kesulitan dalam memahami pola atau urutan terutama terkait dengan defisit dalam pemrosesan urutan dan pembelajaran urutan serial, yang sangat penting untuk tugas-tugas matematika.
Defisit Pemrosesan Pesanan dan Pengurutan
- Dyscalculia sering dikaitkan dengan defisit dalam pemrosesan urutan, yang mencakup kesulitan dalam tugas pengurutan numerik dan non-numerik. Defisit ini dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk memahami dan memanipulasi urutan, keterampilan dasar dalam matematika (Morsanyi et al., 2018).
- Individu dengan diskalkulia mungkin kesulitan dengan pembelajaran urutan seri, yang diperlukan untuk memperoleh urutan angka-kata dan memahami urutan operasi dalam prosedur matematis (Visscher et al., 2015).
- Subtipe prosedural diskalkulia ditandai oleh kesulitan dalam mengurutkan beberapa langkah dalam prosedur yang kompleks, yang dapat menyebabkan kesalahan yang sering terjadi dan pemahaman yang buruk tentang konsep yang mendasarinya (Gupta, 2014).
Tantangan Pemrosesan Visual dan Spasial
- Dyscalculia juga dapat melibatkan tantangan dalam pemrosesan visual, yang mempengaruhi kemampuan untuk mengenali dan memperluas pola. Hal ini dapat menghambat pemahaman hubungan spasial dan kemampuan untuk memvisualisasikan konsep matematis (Azhari, 2017).
- Masalah spasial, seperti kesulitan dengan posisi dan arah, dapat semakin mempersulit pemahaman pola dan urutan, karena ini sering membutuhkan penalaran spasial (Vaidya, 2004).
Dampak pada Pembelajaran Matematika
- Siswa dengan diskalkulia sering menunjukkan skor prestasi matematika yang rendah karena kesulitan mereka dalam memahami dan menerapkan konsep matematika, termasuk pola dan urutan (Meiliasari, 2023).
- Ketidakmampuan untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip matematika, seperti yang terlibat dalam pengenalan pola, dapat menyebabkan tantangan yang lebih luas dalam memecahkan masalah matematika dan melakukan kalkulasi (Sudha et al., 2014).
Pendekatan Diagnostik dan Intervensi
- Mengidentifikasi diskalkulia bisa menjadi tantangan, tetapi prediksi awal dan intervensi yang ditargetkan dapat membantu mengurangi kesulitan yang terkait dengan pemahaman pola dan urutan (Sudha et al., 2014).
- Teknik seperti pembelajaran mesin sedang dieksplorasi untuk meningkatkan diagnosis diskalkulia, yang berpotensi membantu dalam identifikasi defisit spesifik yang terkait dengan pola dan pemrosesan urutan (Dhingra et al., 2021).
Sementara memahami pola atau urutan merupakan kesulitan yang diakui dalam diskalkulia, penting untuk dicatat bahwa kondisi ini beragam dan dapat bervariasi secara signifikan di antara individu. Beberapa mungkin mengalami kesulitan yang lebih nyata di bidang lain, seperti kelancaran aritmatika atau penalaran visual-spasial. Selain itu, faktor eksternal seperti kualitas pengajaran, motivasi, dan sikap terhadap matematika juga dapat mempengaruhi manifestasi dan tingkat keparahan diskalkulia (Venketsamy & Hu, 2023). Oleh karena itu, pendekatan komprehensif yang mempertimbangkan faktor kognitif dan lingkungan sangat penting untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan diskalkulia secara efektif.