Apakah Stres Saat Hamil Bisa Menyebabkan Autisme?

Penelitian semakin berfokus pada hubungan potensial antara stres ibu prenatal dan perkembangan gangguan spektrum autisme (ASD) pada anak-anak. Sementara faktor genetik merupakan kontributor mapan ASD, faktor lingkungan, termasuk stres selama kehamilan, juga sedang diteliti untuk peran potensial mereka. Bukti dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres prenatal dapat mempengaruhi kemungkinan dan tingkat keparahan ASD, meskipun mekanisme dan tingkat pengaruh ini tetap kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami. Di bawah ini, temuan utama dari studi yang relevan dibahas.

Stres Prenatal dan Tingkat Keparahan Autisme

• Sebuah studi oleh Alamoudi dkk. menemukan bahwa stresor prenatal dapat berkontribusi pada tingkat keparahan ASD pada anak-anak. Studi ini menyoroti bahwa peristiwa kehidupan prenatal tingkat keparahan sedang secara signifikan terkait dengan peningkatan keparahan ASD, meskipun riwayat keluarga ASD adalah faktor yang lebih konsisten (Alamoudi et al., 2023).
• Studi lain oleh Abdi dkk. mengidentifikasi peristiwa kehidupan stres tertentu selama kehamilan, seperti konflik perkawinan dan tekanan keuangan, sebagai faktor risiko potensial untuk mengembangkan ASD pada anak-anak (Abdi et al., 2016)].

Stres dan Sifat Autistik

• De Leeuw dkk. mengeksplorasi hubungan antara migrasi ibu, stres prenatal, dan sifat autis anak. Mereka menemukan bahwa stres, terutama diskriminasi yang dirasakan dan psikopatologi ibu, memediasi hubungan antara migrasi ibu dan skor sifat autis yang lebih tinggi pada anak-anak (Leeuw et al., 2024).
• King dkk. dan Li dkk. memeriksa fenotipe autisme luas (BAP) pada orang dewasa muda, menemukan bahwa berbagai aspek stres ibu prenatal, seperti kesulitan objektif dan tekanan subjektif, dikaitkan dengan berbagai sifat BAP, menunjukkan dampak stres yang bernuansa pada karakteristik terkait autisme (King, 2023) (Li et al., 2023).

Mekanisme Biologis dan Stres

• Studi MARBLES oleh Hoang Reede dkk. menunjukkan bahwa peningkatan stres yang dirasakan selama kehamilan dikaitkan dengan kemungkinan ASD yang lebih tinggi dan hasil perkembangan non-tipikal. Namun, penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan dengan kadar kortisol urin prenatal, menunjukkan bahwa stres yang dirasakan mungkin merupakan faktor yang lebih relevan daripada penanda stres biologis (Reede et al., 2024).
• Costa dkk. mengeksplorasi interaksi antara stres prenatal dan antibodi ibu ke otak janin, tidak menemukan hubungan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa sementara kedua faktor secara independen terkait dengan ASD, mereka mungkin tidak berinteraksi secara konvergen (Costa et al., 2023) (Beversdorf et al., 2023).

Implikasi dan Pertimbangan yang Lebih Luas

• Caparros-Gonzalez dkk. melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis, menyimpulkan bahwa stres ibu yang tinggi selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD, di antara patologi pediatrik lainnya. Ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi stres ibu sebagai tindakan pencegahan potensial (Caparros-Gonzalez et al., 2021).
• Mousavi dkk. menekankan peran tekanan prenatal yang parah dan terjadwal dalam perkembangan autisme, selaras dengan temuan dalam epigenetik dan interaksi gen-lingkungan (Mousavi et al., 2018).

Sementara bukti menunjukkan hubungan potensial antara stres prenatal dan autisme, penting untuk mempertimbangkan sifat multifaktorial ASD. Predisposisi genetik, faktor lingkungan, dan interaksinya semuanya berkontribusi pada kompleksitas etiologi autisme. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi mekanisme di mana stres prenatal dapat mempengaruhi risiko autisme dan untuk mengeksplorasi intervensi potensial yang dapat mengurangi efek ini.