A father spending quality time with his daughter on a comfortable sofa at home.

Apakah Sindrom Down Bisa Diwariskan (Diturunkan)?

Sindrom Down, terutama disebabkan oleh adanya salinan tambahan kromosom 21, umumnya tidak dianggap sebagai kelainan bawaan dalam pengertian tradisional. Mayoritas kasus sindrom Down dihasilkan dari peristiwa acak selama pembentukan sel reproduksi, khususnya karena nondisjungsi selama meiosis. Namun, ada kasus langka di mana sindrom Down dapat diwariskan, terutama melalui mekanisme genetik tertentu seperti translokasi.

Mekanisme Down Syndrome

  • Nondisjunction: Ini adalah penyebab paling umum dari sindrom Down, terhitung sekitar 95% kasus. Ini terjadi ketika kromosom 21 gagal terpisah dengan benar selama pembentukan sel telur atau sperma, yang mengarah ke embrio dengan tiga salinan kromosom 21 setelah pembuahan. Jenis sindrom Down ini tidak diturunkan melainkan peristiwa acak yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia ibu (Ganguly, 2022) (Hartway, 2009).

  • Translokasi: Pada sekitar 4-5% kasus sindrom Down, bahan kromosom 21 ekstra disebabkan oleh translokasi Robertsonian. Ini dapat diwariskan jika orang tua membawa translokasi seimbang, di mana bagian kromosom 21 melekat pada kromosom lain. Dalam kasus seperti itu, orang tua tidak menunjukkan gejala sindrom Down tetapi dapat menularkan translokasi ke keturunannya, berpotensi mengakibatkan sindrom Down (Makroo et al., 2015) (Moreira et al., 2013).

  • Mosaik: Ini terjadi ketika beberapa sel dalam tubuh memiliki dua salinan khas kromosom 21, sementara yang lain memiliki tiga. Sindrom Mosaic Down biasanya tidak diwariskan dan hasil dari kesalahan acak dalam pembelahan sel di awal perkembangan janin(Makroo et al., 2015).

Faktor Warisan dan Pola Keluarga

  • Agregasi Familiar: Beberapa penelitian menunjukkan pola keluarga dalam terjadinya sindrom Down, berpotensi karena kecenderungan bawaan terhadap nondisjungsi. Hal ini didukung oleh kasus-kasus di mana beberapa anggota keluarga memiliki sindrom Down, menunjukkan kemungkinan kerentanan genetik (Arbuzova et al., 2002) (Stinissen et al., 2005).

  • Warisan Sitoplasma: Ada hipotesis bahwa faktor sitoplasma, mungkin melibatkan DNA mitokondria, dapat berkontribusi pada risiko nondisjungsi, menunjukkan bentuk pewarisan yang tidak sepenuhnya kromosom (Arbuzova et al., 2002).

  • Kasus Genetik Langka: Kasus yang tidak biasa telah didokumentasikan di mana penyimpangan kromosom struktural pada orang tua menyebabkan sindrom Down pada keturunannya, menunjukkan bahwa perubahan mikrostruktur juga dapat berperan dalam pewarisan (Ti et al., 1988).

Sementara sindrom Down sebagian besar merupakan hasil dari peristiwa kromosom acak, potensi pewarisan ada, terutama melalui translokasi dan kemungkinan kecenderungan genetik lainnya. Ini menyoroti kompleksitas faktor genetik yang terlibat dalam sindrom Down dan pentingnya konseling genetik untuk keluarga dengan riwayat kondisi tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar kasus sindrom Down tidak diturunkan, dan kondisi ini biasanya muncul dari peristiwa genetik spontan.

Ganguly, B. B. (2022). Chromosomal etiology of Down syndrome. https://doi.org/10.1016/b978-0-323-90456-8.00004-1

Hartway, S. (2009). A parent’s guide to the genetics of Down syndrome. Advances in Neonatal Care. https://doi.org/10.1097/01.ANC.0000346092.50981.C0

Makroo, R. N., Chowdhry, M., Kumar, M., Rani, D., Thakur, Y., & Singh, M. (2015). A rare de novo duplication of chromosome 21q22.12→q22.3 associated with Down syndrome – A case report. Apollo Medicine. https://doi.org/10.1016/J.APME.2015.05.007

Moreira, L. M. A., Santo, L. D. E., & Carvalho, A. F. L. (2013). Síndrome de Down hereditario poco común debido a la translocación robertsoniana 15/21: asesoramiento genético y reproductivoa. Revista Médica Internacional Sobre El Síndrome de Down. https://doi.org/10.1016/S1138-2074(13)70040-X

Arbuzova, S., Cuckle, H., Mueller, R. F., & Sehmi, I. (2002). Familial Down syndrome: evidence supporting cytoplasmic inheritance. Clinical Genetics. https://doi.org/10.1034/J.1399-0004.2001.600609.X

Stinissen, P., Roy, B. V., Camp, G. V., Backhovens, H., Backhovens, H., Partoens, P., Wehnert, A., Wehnert, A., Verniers, H., Dumon, J. E., Vandenberghe, A., & Broeckhoven, C. V. (2005). Study of the origin of nondisjunction in a family with two cases of Down syndrome using cytogenetic and molecular polymorphisms. American Journal of Medical Genetics. https://doi.org/10.1002/AJMG.1320370727

Ti, B., Tl, C., Gv, S., Te, Z.-L., & Tp, K. (1988). (Unusual cases of the inheritance of Down’s syndrome). Cytology and Genetics.

Scroll to Top