A young boy dressed as a superhero stands confidently in front of a chalkboard filled with math equations.

Apakah Semua Anak Harus Belajar Berhitung Dengan Metode Yang Sama?

 Belajar berhitung adalah keterampilan dasar bagi anak-anak, tetapi metode yang mereka gunakan untuk belajar dapat bervariasi secara signifikan di berbagai budaya dan bahasa. Sementara prinsip dasar penghitungan bersifat universal, teknik dan pendekatan spesifik dapat berbeda berdasarkan konteks linguistik dan budaya. Keragaman dalam metode penghitungan ini menyoroti kemampuan beradaptasi proses pembelajaran anak-anak dan pengaruh faktor eksternal pada praktik pendidikan. Di bawah ini, aspek-aspek kunci dari metode penghitungan dan variasinya dieksplorasi.

Pengaruh Linguistik dan Budaya

  • Struktur Bahasa: Struktur bahasa dapat secara signifikan memengaruhi cara anak-anak belajar berhitung. Misalnya, anak-anak Inggris, Prancis, dan Mandarin semuanya perlu menghafal kata-kata angka dalam urutan tetap, tetapi cara label angka ini dibuat berbeda di seluruh bahasa-bahasa ini. Perbedaan ini dapat mempengaruhi kemudahan anak-anak belajar berhitung di luar menghafal sederhana (Nunes, 1996).
  • Praktik Budaya: Praktik budaya dan sistem pendidikan juga berperan dalam cara menghitung diajarkan. Budaya yang berbeda dapat menekankan berbagai aspek penghitungan, seperti penghitungan ritmis atau penggunaan buku bergambar untuk mengontekstualisasikan penghitungan dalam aktivitas sehari-hari (Lazarus, 2021) (Perger & Major, 2018).

Faktor Kognitif dan Perkembangan

  • Pengetahuan Berprinsip: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berusia tiga tahun dapat menghitung dengan pemahaman implisit tentang aturan kardinalitas, yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan penambahan dan pengurangan. Pemahaman ini melampaui hafalan dan melibatkan pembuatan penilaian kuantitatif yang tepat (Maclellan, 1995).
  • Fokus Spontan pada Numerositas (SFON): Kecenderungan alami anak-anak untuk fokus pada numerositas dapat memengaruhi keterampilan menghitung mereka. Kecenderungan ini terkait dengan enumerasi berbasis subitisasi, yang membantu dalam mengembangkan keterampilan menghitung verbal dan objek (Hannula et al., 2007).

Strategi dan Alat Pendidikan

  • Penggunaan Buku Bergambar: Buku bergambar dapat menjadi alat yang efektif untuk mengajar berhitung, karena buku ini memberikan konteks yang bermakna bagi anak-anak untuk berlatih berhitung. Metode ini memungkinkan anak-anak untuk terlibat dalam berhitung dengan cara yang mendidik dan menyenangkan (Perger & Major, 2018).
  • Model Jaringan Asosiatif: Pembelajaran urutan penghitungan dapat dimodelkan menggunakan jaringan asosiatif, yang membantu mensimulasikan proses pembelajaran dan memahami fenomena seperti penghilangan kata angka tidak beratur (Ma & Hirai, 1989).

Tantangan dan Pertimbangan

  • Variabilitas dalam Keahlian: Tidak semua anak menguasai prinsip penghitungan pada tingkat yang sama. Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak anak, bahkan di tingkat sekolah dasar, berjuang dengan mengkoordinasikan prinsip-prinsip penghitungan, yang dapat memengaruhi pembelajaran aritmatika mereka (Grégoire & Nieuwenhoven, 1995).
  • Metode Informal: Dalam beberapa pengaturan pendidikan, anak-anak mungkin mengandalkan metode penghitungan informal atau “naif”, yang dapat hidup berdampingan dengan sistem pengajaran formal. Metode-metode ini, meskipun intuitif, mungkin tidak selalu selaras dengan instruksi matematika formal (Booth, 1981).

Meskipun tidak ada metode tunggal yang harus digunakan semua anak untuk belajar berhitung, keragaman dalam pendekatan mencerminkan kemampuan beradaptasi praktik pendidikan terhadap konteks linguistik, budaya, dan kognitif yang berbeda. Variabilitas ini menggarisbawahi pentingnya menyesuaikan instruksi penghitungan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik individu dan lingkungan di mana mereka berada. Memahami perbedaan ini dapat membantu pendidik mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengajar menghitung, memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dasar yang kuat dalam matematika.

Nunes, T. (1996). What is the Difference between One, UN and YI? https://doi.org/10.1007/978-94-017-2211-7_10
Lazarus, A. S. (2021). Learning to Count in Different Cultures. Kappa Delta Pi Record. https://doi.org/10.1080/00228958.2021.1968691
Perger, P., & Major, K. (2018). Counting in children’s picture books: Digging deeper. Teachers and Curriculum. https://doi.org/10.15663/TANDC.V18I1.316
Maclellan, E. (1995). Counting all, counting on, counting up, counting down: The role of counting in learning to add and subtract. Education 3-13. https://doi.org/10.1080/03004279585200261
Hannula, M. M., Räsänen, P., & Lehtinen, E. (2007). Development of Counting Skills: Role of Spontaneous Focusing on Numerosity and Subitizing-Based Enumeration. Mathematical Thinking and Learning. https://doi.org/10.1080/10986060709336605
Ma, Q., & Hirai, Y. (1989). Modeling the acquisition of counting with an associative network. Biological Cybernetics. https://doi.org/10.1007/BF00203174
Grégoire, J., & Nieuwenhoven, C. V. (1995). Counting At Nursery-school and At Primary-school – Toward An Instrument for Diagnostic-assessment. European Journal of Psychology of Education. https://doi.org/10.1007/BF03172795
Booth, L. R. (1981). Child-methods in secondary mathematics. Educational Studies in Mathematics. https://doi.org/10.1007/BF00386044
Scroll to Top