Penelitian menunjukkan bahwa polutan lingkungan dan bahan kimia tertentu dapat berkontribusi pada risiko pengembangan Autism Spectrum Disorder (ASD). Berbagai penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara paparan polutan tertentu dan kejadian ASD, menunjukkan bahwa faktor lingkungan ini dapat memainkan peran penting dalam etiologi gangguan tersebut. Bukti menunjukkan interaksi yang kompleks antara kecenderungan genetik dan paparan lingkungan, yang dapat mempengaruhi perkembangan ASD. Di bawah ini adalah temuan utama dari penelitian:
Polutan Udara dan ASD
- Nitrogen dioksida dan karbon monoksida telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD. Sebuah meta-analisis menemukan risiko relatif (RR) 1,20 untuk nitrogen dioksida dan 1,57 untuk karbon monoksida, menunjukkan hubungan yang signifikan dengan perkembangan ASDÂ (Duque-Cartagena et al., 2024).
- Paparan materi partikulat (PM), terutama selama awal kehamilan, telah dikaitkan dengan ASD, meskipun hasilnya bervariasi di seluruh penelitian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan PM paling penting selama tahap awal kehamilan (Raz & Oulhote, 2022).
Logam dan ASD
- Paparan logam seperti tembaga dan timbal telah terlibat dalam risiko ASD. Tembaga menunjukkan risiko relatif 1,08 terkait dengan ASD(Duque-Cartagena et al., 2024). Logam beracun seperti timbal dan merkuri juga dianggap sebagai faktor risiko potensial karena efek neurotoksiknya (Bjørklund et al., 2018)].
Bahan Kimia Pengganggu Endokrin (EDC)
- Bahan kimia seperti paraben, filter UV tipe benzophenone, dan triclosan telah ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi pada anak-anak dengan ASD dibandingkan dengan kontrol. EDC ini dapat mengganggu fungsi hormon normal, berpotensi berkontribusi pada perkembangan ASDÂ (“A pilot study of several environmental endocrine disrupt ing chemicals in children with autism spectrum disorder in South China”, 2022).
Polutan Organik Persisten (POP)
- Poliklorinasi bifenil (PCB) dan dioksin, keduanya polutan organik persisten, telah dikaitkan dengan ASD. PCB, khususnya, telah menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ASD dalam berbagai penelitian, dengan kongener tertentu seperti PCB138 memiliki risiko relatif 1,84Â (Duque-Cartagena et al., 2024)Â (Amen et al., 2022).
- Dioksin diketahui mempengaruhi perkembangan otak secara negatif, dan paparan selama periode perkembangan kritis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASDÂ (Guo et al., 2018).
Mekanisme dan Jalur
- Jalur reseptor aril hidrokarbon (aHR) adalah salah satu mekanisme di mana polutan lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan ASD. Aktivasi jalur ini oleh polutan dapat menyebabkan efek toksik yang dapat berkontribusi terhadap ASDÂ (Dhulkifle et al., 2021).
- Peradangan saraf dan stres oksidatif adalah mekanisme potensial lain di mana polutan dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang menyebabkan ASD (Bjørklund et al., 2018).
Sementara bukti menunjukkan hubungan antara polutan lingkungan dan ASD, penting untuk mempertimbangkan kompleksitas etiologi ASD. Faktor genetik, bersama dengan paparan lingkungan, kemungkinan berinteraksi dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami. Selain itu, inkonsistensi dalam temuan penelitian menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi asosiasi ini dan mengidentifikasi mekanisme spesifik. Memahami interaksi ini dapat mengarah pada strategi pencegahan dan intervensi yang lebih baik untuk ASD.