Tidak jarang anak-anak belajar membaca lebih lambat daripada teman sebayanya, dan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk tantangan kognitif, visual, dan linguistik. Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan membaca yang lambat dapat diamati pada anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu, gangguan penglihatan, dan bahkan pada mereka yang tidak memiliki cacat nyata. Memahami alasan di balik membaca lambat dapat membantu dalam memberikan intervensi yang ditargetkan untuk mendukung anak-anak ini.
Tantangan Kognitif dan Belajar
- Anak-anak yang diidentifikasi sebagai pelajar lambat sering menunjukkan kesulitan dalam akurasi membaca, kelancaran, dan pemahaman. Tantangan ini lebih terasa di kelas yang lebih tinggi, di mana kompleksitas teks meningkat. Intervensi awal yang berfokus pada akurasi dan kefasihan membaca sangat penting bagi siswa yang lebih muda, sementara siswa yang lebih tua dapat mengambil manfaat dari strategi yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pemahaman (Ultabaini & Pujaningsih, 2024).
- Sejumlah besar anak-anak, bahkan mereka yang memiliki kemampuan intelektual yang khas, mengalami keterlambatan dalam menguasai keterampilan membaca. Hal ini sering disebabkan oleh defisit dalam kecepatan membaca, akurasi, dan pemahaman, yang dapat meningkat seiring bertambahnya usia dan praktik (Vuković et al., 2022).
Gangguan Penglihatan
- Amblyopia, bentuk umum gangguan penglihatan monokular, dikaitkan dengan kecepatan membaca yang lebih lambat. Anak-anak ambliopik membaca 25% lebih lambat daripada teman sebayanya, dan ini bukan karena penghambatan teropong melainkan defisit pada mata sesama. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan untuk melakukan gerakan mata berurutan yang diperlukan untuk pembacaan yang efisien (Kelly et al., 2023) (Sh.Aliyev, 2023) (Kelly et al., 2017).
- Anak-anak dengan ambliopia anisometropik juga menunjukkan pembacaan yang lambat, yang terkait dengan ketidakstabilan fiksasi dan peningkatan saccades. Disfungsi motorik okular ini dapat menghambat efisiensi membaca dan kinerja akademis (Kelly et al., 2017) (Kelly et al., 2015).
Faktor Linguistik dan Ortografi
- Kompleksitas ortografi bahasa dapat mempengaruhi akuisisi membaca. Dalam bahasa dengan ortografi yang kurang teratur, seperti bahasa Inggris, persentase anak yang lebih tinggi menghadapi kesulitan dalam mencapai kefasihan dan akurasi membaca. Ini kontras dengan bahasa-bahasa seperti Finlandia, di mana ortografinya lebih teratur, dan lebih sedikit anak mengalami kesulitan membaca yang parah (Lyytinen & Erskine, 2006).
- Pembaca lambat sering menunjukkan kepekaan yang kuat terhadap panjang kata dan efek frekuensi kata yang lebih lemah, menunjukkan ketergantungan pada decoding serial nonleksikal daripada pengenalan seluruh kata. Ini menunjukkan lintasan perkembangan di mana pembaca lambat secara bertahap meningkatkan strategi membaca mereka (Gerth & Festman, 2021).
Sementara perkembangan membaca yang lambat menjadi perhatian, penting untuk menyadari bahwa banyak anak akhirnya mengejar teman sebayanya dengan dukungan dan intervensi yang tepat. Faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, identifikasi awal, dan strategi pendidikan yang disesuaikan memainkan peran penting dalam membantu anak-anak mengatasi tantangan membaca. Selain itu, gangguan penglihatan seperti ambliopia memerlukan akomodasi khusus untuk mendukung keberhasilan akademis (Birch & Kelly, 2017) (Lyytinen & Erskine, 2006).