Efektivitas metode multisensori dalam membantu anak-anak dengan disgrafia didukung oleh berbagai penelitian, yang menyoroti manfaat melibatkan banyak indera dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini, yang sering melibatkan aktivitas visual, pendengaran, kinestetik, dan sentuhan, telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan keterampilan menulis dan mengurangi kecemasan terkait pada anak-anak dengan disgrafia. Integrasi teknik multisensori ke dalam praktik pendidikan dapat mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh anak-anak ini, meningkatkan pengalaman dan hasil belajar mereka.
Metode Multisensori dan Keterampilan Menulis
- Sebuah studi oleh Mahnaz Akhavan Tafti dan Elahe Abdolrahmani menunjukkan bahwa metode multisensori yang dikombinasikan dengan teknik relaksasi secara signifikan meningkatkan keterampilan menulis dan mengurangi kecemasan pekerjaan rumah pada siswa dengan disgrafia. Intervensi menyebabkan penurunan nyata dalam kesalahan penulisan, menunjukkan efektivitas pendekatan multisensori dalam mengatasi gangguan penulisan (Tafti & Abdolrahmani, 2014).
- Metode multisensori Fernald ditemukan sangat efektif dalam memperbaiki gangguan menulis di antara siswa sekolah dasar. Metode ini, yang melibatkan keterlibatan sensorik, menunjukkan efek terbesar dibandingkan dengan permainan pendidikan lainnya, menyoroti potensinya dalam mengatasi disgrafia (Thani et al., 2022).
Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran Multisensori
- Pengembangan aplikasi seperti Wridy dan LexiPal, yang menggabungkan pendekatan multisensori, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Wridy, aplikasi seluler, menggunakan antarmuka yang ramah disleksia untuk membantu dalam belajar menulis huruf, terbukti berguna bagi anak-anak dengan gangguan belajar (Wee et al., 2021)]. Demikian pula, LexiPal menggunakan aplikasi berbasis Kinect untuk menggabungkan aktivitas kinestetik, membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik bagi anak-anak disleksia (Saputra et al., 2018).
Implikasi yang Lebih Luas dari Pendekatan Multisensori
- Sementara fokus utama dari studi ini adalah pada disleksia, prinsip-prinsip pembelajaran multisensori dapat diperluas ke disgrafia. Metodologi Orton-Gillingham, pendekatan multisensori yang terkenal, telah efektif dalam mengajar membaca dan menulis kepada anak-anak dengan disleksia, menunjukkan potensi penerapan pada disgrafia juga (Gazetdinova, 2024).
- Penggunaan kartu flash berbasis augmented reality dalam pembelajaran multisensori telah efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis pada anak-anak disleksia, yang dapat disesuaikan untuk intervensi disgrafia (Anggraeni et al., 2023).
Keterbatasan dan Pertimbangan
Terlepas dari hasil yang menjanjikan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode multisensori tidak selalu memberikan keuntungan yang signifikan dibandingkan pengajaran bahasa terstruktur tradisional. Misalnya, sebuah penelitian yang membandingkan intervensi bahasa multisensori dan terstruktur tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam hasil untuk anak-anak dengan disleksia, meskipun kedua metode itu efektif (Schlesinger et al., 2017). Ini menunjukkan bahwa meskipun metode multisensori dapat bermanfaat, metode tersebut mungkin tidak unggul secara universal dan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks individu. Selain itu, integrasi teknologi dalam pembelajaran multisensori, meskipun inovatif, membutuhkan pertimbangan aksesibilitas dan keterlibatan pengguna yang cermat untuk memastikan efektivitas.