Apakah Ibu Hamil Yang Stres Atau Sakit Dapat Meningkatkan Risiko Anak Mengalami Autisme?

Pertanyaan apakah wanita hamil yang stres atau sakit dapat meningkatkan risiko anak terkena autisme adalah kompleks dan beragam. Penelitian menunjukkan bahwa stres prenatal dan kondisi kesehatan ibu tertentu dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan spektrum autisme (ASD) pada keturunannya. Namun, buktinya tidak sepenuhnya konsisten, dan mekanisme yang mendasari asosiasi ini tidak sepenuhnya dipahami. Bagian berikut mengeksplorasi berbagai aspek topik ini berdasarkan makalah penelitian yang disediakan.

Stres Prenatal dan Risiko Autisme

• Peristiwa Kehidupan yang Stresan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh tekanan prenatal (SLE) mungkin tidak secara signifikan meningkatkan kemungkinan ASD. Misalnya, sebuah penelitian yang melibatkan ibu dengan kemungkinan keluarga yang tinggi memiliki anak dengan ASD tidak menemukan hubungan yang signifikan antara sebagian besar SLE prenatal dan ASD, meskipun masalah hukum terkait dengan perkembangan non-tipikal dalam sampel kecil (Reede et al., 2024)].
• Migrasi dan Stres: Penelitian tentang migrasi ibu menunjukkan bahwa stres prenatal, terutama diskriminasi yang dirasakan dan psikopatologi ibu, memediasi hubungan antara migrasi ibu dan sifat autis anak. Hal ini menunjukkan bahwa stres selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan sifat autis, terutama pada populasi migran (Leeuw et al., 2024).
• Dukungan Sosial dan Stres Keuangan: Dukungan sosial yang rendah dan kesulitan keuangan selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD pada keturunannya. Faktor-faktor psikososial ini dapat berkontribusi pada patogenesis ASD, menyoroti pentingnya lingkungan yang mendukung selama kehamilan (“Low social-support and trouble paying for basic needs during pregnancy are associated with increased risk of autism spectrum disorder in offspring at 3-years: A prospective cohort study”, 2022).

Kondisi Kesehatan Ibu dan Risiko Autisme

• Kondisi Peradangan: Kondisi peradangan ibu, seperti asma dan obesitas, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD. Kombinasi asma dan obesitas ekstrim selama kehamilan secara khusus dikaitkan dengan kemungkinan ASD yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa peradangan dapat berperan dalam gangguan perkembangan saraf (Croen et al., 2023).
• Depresi: Depresi prenatal telah dikaitkan dengan peningkatan sifat terkait autisme pada anak-anak. Hubungan ini tetap ada bahkan setelah menyesuaikan dengan pengganggu, menunjukkan bahwa kesehatan mental ibu selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan anak (Avalos et al., 2023).
• Diagnosis Kesehatan Lainnya: Sebuah penelitian mengidentifikasi beberapa diagnosis kesehatan ibu selama kehamilan, seperti hipertensi dan gangguan depresi, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD pada keturunannya. Temuan ini menggarisbawahi dampak potensial kesehatan ibu pada perkembangan saraf anak (Kodesh et al., 2020).

Waktu dan Tingkat Keparahan Stres

• Stres Spesifik Trimester: Waktu paparan stres prenatal mungkin sangat penting. Stres selama trimester kedua telah secara signifikan dikaitkan dengan perilaku seperti autis pada anak-anak, menunjukkan periode sensitif untuk paparan stres (Chen et al., 2020).
• Tingkat keparahan Stres: Tingkat keparahan stresor prenatal juga dapat mempengaruhi hasil ASD. Stres sedang hingga berat selama bulan-bulan kehamilan tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan keparahan ASD, menunjukkan bahwa waktu dan intensitas stres merupakan faktor penting (Mousavi et al., 2018)].

Sementara bukti menunjukkan bahwa stres prenatal dan kondisi kesehatan ibu tertentu dapat meningkatkan risiko autisme, penting untuk mempertimbangkan konteks yang lebih luas. Predisposisi genetik, faktor lingkungan, dan interaksi gen-lingkungan juga memainkan peran penting dalam perkembangan ASD. Selain itu, tidak semua penelitian menemukan asosiasi yang konsisten, dan beberapa menyarankan bahwa hubungan yang diamati mungkin disebabkan oleh faktor risiko bersama daripada sebab-akibat langsung. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi hubungan ini dan untuk mengeksplorasi intervensi potensial yang dapat mengurangi risiko ini.