Hiperaktif pada anak-anak, sering dikaitkan dengan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), adalah kondisi multifaset yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar pengasuhan. Sementara gaya pengasuhan dan dinamika keluarga dapat memainkan peran, mereka bukan satu-satunya kontributor hiperaktif. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik, lingkungan, dan diet juga secara signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku hiperaktif. Pandangan komprehensif ini menantang gagasan bahwa hiperaktif semata-mata merupakan hasil dari pengasuhan yang buruk.
Parenting dan Hiperaktif
- Sebuah studi menggunakan desain perbandingan saudara kandung menemukan bahwa sementara stimulasi pembelajaran awal oleh orang tua dikaitkan dengan tingkat masalah hiperaktif defisit perhatian (ADHP) yang lebih rendah, respons dan kekerasan orang tua tidak memprediksi ADHP pada anak-anak (Khalifeh & Jackson, 2022)].
- Studi lain menyoroti bahwa gaya pengasuhan tertentu, seperti pengaruh negatif dan disiplin yang tidak konsisten, dikaitkan dengan hiperaktif pada anak laki-laki, menunjukkan bahwa dinamika keluarga dapat mempengaruhi perilaku hiperaktif (McDonald, 1999).
Faktor Genetik
- Hiperaktif dan kurangnya perhatian memiliki komponen genetik yang kuat, dengan penelitian menunjukkan bahwa transmisi genetik memainkan peran penting dalam pengembangan perilaku ini. Transmisi risiko genetik antar generasi untuk gejala ADHD terutama didorong oleh varian genetik yang diturunkan dari orang tua ke anak-anak (Voronin et al., 2024).
- Penelitian pada putra ayah alkoholik tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam hiperaktif dibandingkan dengan putra ayah non-alkohol, menunjukkan bahwa kecenderungan genetik terhadap hiperaktif tidak selalu terkait dengan kondisi orang tua tertentu seperti alkoholisme (Tarter et al., 1985).
Pengaruh Lingkungan dan Makanan
- Faktor lingkungan, seperti paparan timbal, telah terbukti menginduksi perilaku hiperaktif pada model hewan, menunjukkan bahwa polutan lingkungan dapat berkontribusi terhadap hiperaktif pada anak-anak (Silbergeld & Goldberg, 1974)].
- Intoleransi makanan dan aditif juga terlibat dalam hiperaktif. Penelitian telah menunjukkan bahwa pewarna makanan tertentu dan pengawet dapat memperburuk perilaku hiperaktif, dan intervensi diet dapat membantu mengelola gejala pada beberapa anak (Trites & Tryphonas, 1983)] (Kemp, 2008).
Perspektif Teoritis
- Teori stimulasi optimal menyatakan bahwa perilaku hiperaktif dapat dihasilkan dari mekanisme homeostatis yang berusaha meningkatkan input sensorik pada anak-anak yang mengalami stimulasi yang tidak mencukupi. Teori ini menunjukkan bahwa hiperaktif bukan hanya respons terhadap stimulasi berlebihan tetapi interaksi kompleks kebutuhan sensori (Zentall, 1975).
Sementara mengasuh anak dapat mempengaruhi perkembangan perilaku hiperaktif, itu bukan satu-satunya penyebab. Predisposisi genetik, paparan lingkungan, dan faktor makanan juga memainkan peran penting. Pemahaman multifaktorial tentang hiperaktif ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan berbagai pengaruh ketika menangani dan mengelola kondisi tersebut.