Hiperaktif, sering dikaitkan dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), diakui sebagai gangguan mental. ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gejala kurangnya perhatian, impulsif, dan hiperaktif, yang secara signifikan dapat mempengaruhi fungsi dan perkembangan individu. Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) memberikan kriteria formal untuk mendiagnosis ADHD, menekankan statusnya sebagai gangguan mental. Gangguan ini lazim pada anak-anak dan dapat bertahan hingga dewasa, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kinerja akademik dan interaksi sosial. Di bawah ini, sifat hiperaktif sebagai gangguan mental dieksplorasi secara rinci.
ADHD sebagai Gangguan Perkembangan Saraf
- ADHD diklasifikasikan sebagai gangguan perkembangan saraf, menunjukkan akarnya dalam perkembangan sistem saraf. Ini melibatkan disregulasi beberapa sirkuit saraf, terutama yang terkait dengan perhatian dan kontrol impuls (Majarwitz & Perumareddi, 2023) (Frank-Briggs, 2015).
- Gangguan ini ditandai dengan kurangnya perhatian kronis dan/atau hiperaktivitas-impulsif yang mengganggu fungsi atau perkembangan, sering dikaitkan dengan disfungsi di korteks prefrontal (Chaaya & Khoury, 2019).
Kriteria Diagnostik dan Prevalensi
- ADHD didiagnosis berdasarkan serangkaian kriteria yang diuraikan dalam DSM-5, yang memerlukan adanya gejala sebelum usia 12 (Majarwitz & Perumareddi, 2023) (Felt, 2018).
- Ini mempengaruhi sekitar 3-5% anak-anak secara global, dengan gejala sering berlanjut hingga dewasa pada sekitar 50% kasus (Frank-Briggs, 2015) (Zavadenko & Simashkova, 2015).
- Gangguan ini lebih sering didiagnosis pada pria daripada wanita, dengan rasio 2:1 pada anak-anak (Zavadenko & Simashkova, 2015).
Komorbiditas dan Dampak
- ADHD sering hidup berdampingan dengan kondisi kejiwaan lainnya, seperti kecemasan, depresi, dan ketidakmampuan belajar, mempersulit diagnosis dan manajemennya (Vashishtha, 2021) (Frank-Briggs, 2015).
- Gangguan ini dapat menyebabkan tantangan yang signifikan dalam pengaturan akademik dan sosial, dengan individu yang terkena dampak sering kurang berprestasi di sekolah dan mengalami kesulitan dalam interaksi teman sebaya (Zavadenko & Simashkova, 2015).
Pendekatan Pengobatan
- Manajemen ADHD biasanya melibatkan kombinasi intervensi farmakologis dan non-farmakologis. Obat stimulan biasanya digunakan untuk mengatasi gejala inti, sementara terapi perilaku direkomendasikan, terutama untuk anak yang lebih muda (Majarwitz & Perumareddi, 2023) (Felt, 2018).
- Intervensi nonfarmakologis, seperti terapi perilaku kognitif dan pelatihan orang tua, juga digunakan untuk membantu mengelola gejala dan meningkatkan fungsia (Vashishtha, 2021).
Perspektif yang Lebih Luas tentang Hiperaktif
Sementara hiperaktif adalah komponen kunci dari ADHD, penting untuk dicatat bahwa itu juga bisa menjadi gejala kondisi lain atau varian perilaku normal pada anak-anak. Hiperaktif saja bukan diagnostik ADHD, karena dapat terjadi pada berbagai gangguan masa kanak-kanak atau sebagai bentuk ekstrem dari tingkat aktivitas normal(Gittelman, 2009). Selain itu, konsep hiperaktif dapat ditafsirkan secara berbeda lintas budaya dan konteks, berpotensi menyebabkan variasi dalam diagnosis dan pendekatan pengobatan(Adamou, 2024). Ini menyoroti pentingnya evaluasi komprehensif dan pertimbangan perbedaan individu ketika mendiagnosis dan mengelola gangguan terkait hiperaktif.