Close-up of a hand holding a pink doughnut and a soda can against a pink backdrop.

Apakah Gula Dan Makanan Olahan Bisa Memperburuk Gejala Autisme?

Hubungan antara gula, makanan olahan, dan gejala autisme adalah masalah yang kompleks dan beragam. Penelitian menunjukkan bahwa pola makan, terutama yang tinggi gula dan makanan olahan, dapat memperburuk gejala tertentu yang terkait dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Hal ini terutama disebabkan oleh dampak makanan ini pada mikrobiota usus, peradangan, dan tingkat neurotransmitter, yang semuanya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi gejala ASD. Di bawah ini, aspek-aspek kunci dari hubungan ini dieksplorasi secara rinci.

Dampak Gula dan Makanan Olahan pada Gejala ASD

  • Mikrobiota dan Peradangan Usus: Diet tinggi gula dapat mengubah komposisi mikrobiota usus, yang menyebabkan peningkatan peradangan dan neurotoksisitas. Dalam model hewan pengerat, diet tinggi sukrosa terbukti meningkatkan efek neurotoksik, menunjukkan bahwa mengurangi asupan gula bisa menjadi strategi potensial untuk mengelola gejala ASD( Al-Daihan et al., 2017). Selain itu, kelainan pada mikrobiota usus telah dikaitkan dengan patogenesis dan tingkat keparahan ASD, dengan intervensi diet yang bertujuan mengurangi makanan olahan menunjukkan harapan dalam mengurangi gejala (Ahmad et al., 2022).

  • Status Gizi dan Obesitas: Anak-anak dengan ASD sering memiliki asupan makanan ultra-olahan yang lebih tinggi, yang dikaitkan dengan peningkatan tingkat kelebihan berat badan dan obesitas. Sebuah studi menemukan bahwa 55,2% anak-anak dengan ASD kelebihan berat badan, dengan makanan ultra-olahan berkontribusi signifikan terhadap asupan kalori mereka (Almeida et al., 2018). Pola diet ini dapat memperburuk masalah kesehatan dan berpotensi memperburuk gejala ASD.

  • Tingkat Neurotransmiter: Diet tinggi gula rafinasi dapat memengaruhi kadar neurotransmitter, yang sangat penting untuk fungsi dan perilaku otak. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan tikus, diet tinggi sukrosa menyebabkan penurunan neurotransmiter yang signifikan seperti norepinefrin, dopamin, dan serotonin, yang penting untuk pengaturan suasana hati dan fungsi kognitif (Al-Daihan et al., 2017).

Intervensi Diet dan ASD

  • Meningkatkan Kualitas Diet: Intervensi yang bertujuan mengurangi asupan makanan ultra-olahan dan meningkatkan konsumsi makanan olahan minimal telah menunjukkan potensi dalam meningkatkan kualitas diet di antara individu dengan ASD. Misalnya, intervensi nutrisi virtual menyebabkan penurunan yang signifikan dalam asupan makanan ultra-olahan di kalangan remaja dengan ASD (Buro & Gray, 2022).

  • Peran Probiotik dan Suplemen Gizi: Memasukkan probiotik dan suplemen nutrisi ke dalam makanan dapat membantu meningkatkan kesehatan usus dan berpotensi meringankan beberapa gejala ASD. Perawatan probiotik telah terbukti meningkatkan mikrobiota usus dan mengurangi perilaku seperti autisme (Duan et al., 2015).

Perspektif yang Lebih Luas

Sementara bukti menunjukkan bahwa gula dan makanan olahan dapat memperburuk gejala ASD, penting untuk mempertimbangkan variabilitas individu dalam respons diet. Beberapa anak dengan ASD mungkin memiliki kebutuhan dan preferensi diet yang unik, dipengaruhi oleh sensitivitas sensorik dan selektivitas makanan (Coppola et al., 2024). Selain itu, hubungan antara diet dan ASD sangat kompleks, melibatkan faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup yang mungkin juga memainkan peran signifikan (Duan et al., 2015). Oleh karena itu, intervensi diet yang dipersonalisasi, dipandu oleh profesional kesehatan, sangat penting untuk mengelola gejala ASD secara efektif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi interaksi ini dan mengembangkan strategi diet komprehensif untuk individu dengan ASD.

Al-Daihan, S., Bhat, R. S., Dbass, A. M. A., Al-Ayadhi, L. Y., & El-Ansary, A. (2017). Elimination of high-refined-sugar diet as treatment strategy for autistic features induced in a rodent model. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. https://doi.org/10.4314/TJPR.V16I7.24
Ahmad, A. M. R., Intikhab, A., Abid, J., & Iqbal, S. (2022). Dietary Approaches and Nutritional Complexities of Autism Spectrum Disorder. https://doi.org/10.4103/ijnpnd.ijnpnd_65_22
Almeida, A. K. de A., Fonseca, P. C. de A., Oliveira, L. A., Santos, W. R. C. de C., Zagmignan, A., Oliveira, B. R. de, Lima, V. N., & Carvalho, C. A. de. (2018). Consumo de ultraprocessados e estado nutricional de crianças com transtorno do espectro do autismo. https://doi.org/10.5020/18061230.2018.7986
Buro, A., & Gray, H. L. (2022). P073 Diet Quality and Ultra-processed Food Consumption Before and After a Virtual Nutrition Intervention for Adolescents with ASD. Journal of Nutrition Education and Behavior. https://doi.org/10.1016/j.jneb.2022.04.113
Duan, Y., XiaoLi, W., & Jin, F. (2015). Influence of diet on autism. Chinese Science Bulletin. https://doi.org/10.1360/N972015-00355
Coppola, S., Nocerino, R., Oglio, F., Golia, P., Falco, M. D., Riccio, M. P., Carucci, L. R., Rea, T., Simeone, S., Garotti, R., Marani, N., Bravaccio, C., & Canani, R. B. (2024). Adverse food reactions and alterations in nutritional status in children with autism spectrum disorders: results of the NAFRA project. Italian Journal of Pediatrics. https://doi.org/10.1186/s13052-024-01794-8
Scroll to Top