Gangguan motorik halus pada anak dengan keterbelakangan mental memang dapat mempengaruhi kemampuan membaca, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara keterampilan motorik dan literasi. Hubungan antara keterampilan motorik halus dan membaca sangat kompleks, sering melibatkan faktor kognitif dan neurologis yang tumpang tindih. Sementara keterampilan motorik halus bukan satu-satunya penentu kemampuan membaca, mereka dapat memainkan peran penting, terutama pada anak-anak dengan gangguan perkembangan. Hubungan ini sering dimediasi oleh fungsi neurologis yang mendasarinya, seperti fungsi serebelar, yang dapat memengaruhi keterampilan motorik dan literasi.
Keterampilan Motorik Halus dan Kemampuan Membaca
Defisit Motorik dan Disabilitas Membaca: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan ketidakmampuan membaca sering menunjukkan defisit motorik, yang mungkin terkait dengan disfungsi serebelar atau masalah pembelajaran prosedural. Defisit motorik ini kadang-kadang lebih terasa pada anak-anak dengan gangguan bahasa, menunjukkan bahwa bahasa dan keterampilan motorik mungkin memiliki jalur neurologis yang sama (Brookman et al., 2013) (savage, n.d.).
Subtipe Disabilitas Membaca yang Diwarisan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketidakmampuan membaca disertai dengan masalah motorik dapat mewakili subtipe yang berbeda dan diwariskan. Ini menyiratkan komponen genetik di mana kesulitan membaca dan motorik lazim dalam keluarga, menunjukkan potensi hubungan keturunan (Regehr & Kaplan, 1988).
Komorbiditas Literasi dan Gangguan Motorik: Prevalensi literasi komorbid dan gangguan motorik secara signifikan lebih tinggi dari yang diharapkan secara kebetulan, menunjukkan hubungan antara kesulitan-kesulitan ini. Anak-anak dengan kedua gangguan tersebut sering menunjukkan defisit dalam pemrosesan fonologis, pemrosesan visuospasial, dan memori, yang sangat penting untuk perkembangan baca (Downing & Caravolas, 2020).
Faktor Neurologis dan Kognitif
Fungsi Serebelar dan Gangguan Koordinasi Perkembangan (DCD) : Anak-anak dengan DCD, yang sering memiliki fungsi serebelar yang buruk, berisiko tinggi mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Anak-anak ini biasanya menunjukkan kesulitan dengan postur, keseimbangan, dan kontrol motorik, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengembangkan keterampilan melek huruf (O’Hare & Khalid, 2002).
Kontrol Waktu Motorik dan Masalah Pembelajaran: Kontrol waktu motorik yang buruk (MTC) dikaitkan dengan kesulitan membaca dan mungkin mencerminkan masalah belajar yang lebih luas. Ini menunjukkan bahwa masalah kontrol motorik dapat menandakan kerentanan dalam proses saraf yang sangat penting untuk tugas akademik, termasuk membaca (Waber et al., 2000).
Keterampilan Motorik Halus dalam Konteks Pendidikan
Peran dalam Disleksia: Anak-anak dengan disleksia sering memiliki keterampilan motorik halus yang lebih lemah dibandingkan dengan teman sebayanya. Sementara keterampilan motorik halus terkait dengan akurasi dan kecepatan membaca, mereka tidak secara signifikan mempengaruhi pemahaman membaca, menunjukkan bahwa faktor kognitif lainnya juga bermain (Barghandan et al., n.d.).
Perbandingan dengan Keterampilan Matematika: Keterampilan motorik halus adalah prediktor kemampuan matematika yang lebih baik daripada kemampuan membaca di pendidikan awal. Ini menunjukkan bahwa sementara keterampilan motorik halus berkontribusi pada pengembangan membaca, dampaknya lebih jelas dalam konteks matematis (Pitchford et al., 2016).
Sementara gangguan motorik halus dapat mempengaruhi kemampuan membaca, penting untuk mempertimbangkan konteks perkembangan kognitif dan neurologis yang lebih luas. Faktor-faktor seperti gangguan bahasa, fungsi serebelar, dan kecenderungan genetik memainkan peran penting dalam hubungan antara keterampilan motorik dan literasi. Memahami koneksi ini dapat membantu dalam mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk mendukung anak-anak dengan ketidakmampuan membaca.