Disleksia secara tradisional diakui sebagai kesulitan belajar yang terutama mempengaruhi keterampilan membaca, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa itu juga memengaruhi kemampuan kognitif dan bahasa lainnya. Sementara gejala utama disleksia adalah gangguan membaca, semakin dipahami sebagai gangguan multifaset yang dapat mempengaruhi berbagai proses kognitif di luar membaca. Pemahaman yang lebih luas tentang disleksia ini mencakup defisit dalam pemrosesan fonologis, penamaan otomatis yang cepat, dan keterampilan kognitif lainnya, yang dapat memengaruhi pengalaman dan perkembangan belajar seseorang secara keseluruhan.
Membaca dan Defisit Terkait Bahasa
- Disleksia terutama ditandai oleh kesulitan dalam membaca, yang berasal dari defisit pemrosesan fonologis. Hal ini mempengaruhi kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi suara bahasa, yang menyebabkan tantangan dalam kelancaran dan pemahaman baca (Kim, 2021) (Yunus & Ahmad, 2022).
- Gangguan ini juga berdampak pada proses kognitif terkait bahasa lainnya, seperti ejaan dan ekspresi tertulis, yang sering terganggu pada individu dengan disleksia (Yunus & Ahmad, 2022).
- Kesadaran fonologis dan penamaan otomatis cepat (RAN) adalah dua keterampilan kognitif yang secara konsisten ditemukan kurang pada individu dengan disleksia, mempengaruhi kemampuan membaca mereka (Dębska et al., 2021).
Dampak Kognitif yang Lebih Luas
- Disleksia dapat mempengaruhi domain kognitif lainnya, meskipun ini lebih jarang diamati. Misalnya, defisit dalam perhatian visual dan selektif, keterampilan pendengaran, dan pembelajaran implisit telah dicatat, meskipun mereka sering hidup berdampingan dengan defisit fonologis atau RAN (Dębska et al., 2021).
- Gangguan ini juga dapat menyebabkan kesulitan dalam tugas-tugas yang tidak secara langsung melibatkan membaca, seperti tugas labirin Hebb-Williams virtual, yang menunjukkan tantangan pemrosesan kognitif yang lebih luas (Yu et al., 2022) (“Classification Predictive Modeling of Dyslexia”, 2022).
Konsekuensi Sosif dan Emosional
- Di luar defisit kognitif, disleksia dapat memiliki dampak sosial dan emosional yang signifikan. Jika tidak diobati, hal itu dapat menyebabkan masalah sosial dan emosional jangka panjang, mempengaruhi kesuksesan masa depan dalam berbagai aspek kehidup (Yu et al., 2022).
- Selama pandemi COVID-19, anak-anak dengan disleksia mengalami peningkatan isolasi sosial dan tantangan psikologis yang unik, menyoroti dampak gangguan yang lebih luas pada kesejahteraan sosial dan emosional (Baschenis et al., 2021).
Strategi Pendidikan dan Intervensi
- Strategi intervensi yang efektif untuk disleksia sering melibatkan metode multisensori, pengajaran remedial, dan dukungan orang tua, yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan membaca dan mengatasi dampak gangguan yang lebih luas (Tarjiah et al., 2023).
- Deteksi dan intervensi dini sangat penting untuk mengurangi efek jangka panjang disleksia, menekankan perlunya strategi pendidikan komprehensif yang mengatasi defisit membaca dan kognitif lainnya (Yu et al., 2022) (Kim, 2021).
Sementara disleksia terutama dikaitkan dengan kesulitan membaca, penting untuk mengenali dampaknya yang lebih luas pada berbagai domain kognitif dan emosional. Pemahaman ini dapat mengarah pada intervensi yang lebih efektif dan strategi dukungan yang mengatasi spektrum penuh tantangan yang dihadapi oleh individu dengan disleksia. Menyadari sifat multifaset disleksia dapat membantu pendidik dan orang tua memberikan dukungan yang lebih holistik, yang pada akhirnya meningkatkan hasil bagi mereka yang terkena gangguan tersebut.