Diskalkulia perkembangan (DD) bukanlah bentuk kecerdasan rendah. Ini adalah ketidakmampuan belajar khusus yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh keterampilan aritmatika, meskipun individu memiliki kecerdasan normal dan menerima pendidikan yang sesuai usia. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan dalam memahami dan memanipulasi konsep numerik, yang secara signifikan dapat berdampak pada kinerja akademik dalam matematika. Penelitian menunjukkan bahwa diskalkulia dikaitkan dengan defisit kognitif dan saraf spesifik daripada gangguan intelektual umum. Berikut adalah aspek kunci dari diskalkulia yang membedakannya dari kecerdasan rendah:
Tingkat Kecerdasan Normal
- Dyscalculia secara konsisten digambarkan sebagai ketidakmampuan belajar yang terjadi pada individu dengan kecerdasan normal. Studi menekankan bahwa individu dengan diskalkulia memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata, tetapi mereka berjuang secara khusus dengan tugas matematika (Baulina & Kosonogov, 2024) (Ayyıldız et al., 2023) (Üstün et al., 2021).
- Penelitian yang melibatkan anak-anak dengan diskalkulia menunjukkan bahwa kecerdasan bagi mereka (IQ) biasanya dalam kisaran normal, dan kesulitan mereka khusus untuk kemampuan matematika daripada cerminan dari defisit kognitif keseluruhan (Kißler et al., 2021) (Thomé et al., 2022).
Defisit Kognitif dan Saraf Spesifik
- Dyscalculia terkait dengan defisit spesifik dalam fungsi kognitif seperti fungsi eksekutif, perhatian, dan diskriminasi visual-perseptual, yang tidak menunjukkan kecerdasan rendah melainkan tantangan pemrosesan spesifik (Baulina & Kosonogov, 2024).
- Studi neuroimaging telah mengidentifikasi perbedaan struktural dan fungsional di daerah otak yang terkait dengan pemrosesan numerik, seperti sulkus intraparietal dan fusiform gyrus, pada individu dengan diskalkulia. Perbedaan ini terkait dengan tantangan spesifik dalam pembelajaran aritmatika daripada defisit intelektual umum (Ayyıldız et al., 2023) (Üstün et al., 2021) (Ayyıldız et al., 2021).
Komorbiditas dengan Ketidakmampuan Belajar Lainnya
- Dyscalculia sering terjadi bersamaan dengan ketidakmampuan belajar lainnya, seperti disleksia dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yang selanjutnya mendukung gagasan bahwa itu adalah gangguan belajar spesifik daripada cerminan kecerdasan rendah (Baulina & Kosonogov, 2024) (Luoni et al., 2022).
- Kehadiran kondisi komorbiditas menunjukkan bahwa diskalkulia adalah bagian dari spektrum kesulitan belajar yang lebih luas, masing-masing dengan profil kognitif yang berbeda (Luoni et al., 2022).
Subtipe dan Variabilitas
- Penelitian telah mengidentifikasi subtipe diskalkulia, menunjukkan variabilitas dalam tingkat keparahan dan sifat kesulitan matematika. Subtipe ini tidak terkait dengan perbedaan kecerdasan melainkan dengan profil kognitif dan perhatian spesifik (Kißler et al., 2021).
- Keberadaan subtipe menyoroti kompleksitas diskalkulia dan perlunya intervensi khusus yang mengatasi defisit kognitif spesifik daripada pendekatan satu ukuran yang cocok untuk semuanya (Kißler et al., 2021).
Sementara diskalkulia adalah ketidakmampuan belajar yang berbeda, penting untuk menyadari bahwa hal itu dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup dan kinerja akademik individu. Namun, itu tidak menunjukkan kecerdasan rendah. Kondisi ini membutuhkan intervensi dan dukungan yang ditargetkan untuk membantu individu mengatasi tantangan spesifik mereka dalam matematika. Memahami diskalkulia sebagai gangguan belajar spesifik daripada cerminan kemampuan kognitif secara keseluruhan sangat penting untuk memberikan dukungan pendidikan dan psikologis yang tepat.