Disgrafia, ketidakmampuan belajar tertentu yang mempengaruhi keterampilan menulis, sering dikaitkan dengan tantangan dalam keterampilan motorik halus. Kondisi ini dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dalam membentuk huruf, spasi kata, dan mengatur teks, yang semuanya merupakan tugas yang membutuhkan koordinasi motorik halus. Dampak disgrafia pada keterampilan motorik halus anak secara keseluruhan sangat signifikan, karena keterampilan ini sangat penting untuk berbagai kegiatan akademik dan sehari-hari. Bagian berikut mengeksplorasi hubungan antara disgrafia dan keterampilan motorik halus, didukung oleh bukti dari makalah penelitian yang disediakan.
Dampak pada Keterampilan Motorik Halus
- Menulis dan Koordinasi Motorik: Disgrafia ditandai dengan tulisan tangan yang buruk, yang merupakan cerminan langsung dari gangguan keterampilan motorik halus. Anak-anak dengan disgrafia sering berjuang dengan otomatisasi gerakan tangan yang diperlukan untuk menulis, yang menyebabkan tulisan tangan tidak terbaca dan kecepatan tulisan yang lambat (Mamman, 2020) (Silveri et al., 2019).
- Karakteristik Kinematik: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan disgrafia menunjukkan perbedaan parameter kinematik seperti kecepatan lengkung dan durasi stroke, yang menunjukkan masalah kelancaran dan perencanaan motorik yang lebih rendah (Silveri et al., 2019).
- Penilaian Fungsi Motorik Halus: Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan ketidakmampuan belajar, termasuk disgrafia, sering berkinerja buruk dalam tes yang menilai fungsi motorik halus seperti oposisi jari dan graphesthesia, lebih lanjut menyoroti hubungan antara disgrafia dan defisit keterampilan motorik halus (Capellini et al., 2010).
Intervensi dan Perbaikan
- Intervensi Perilaku dan Teknologi: Intervensi yang berfokus pada pelatihan motorik halus, seperti penggunaan aplikasi digital seperti Dexteria, telah menunjukkan peningkatan keterbacaan dan kecepatan tulisan tangan di antara anak-anak dengan disgrafia. Intervensi ini menargetkan integrasi visual-motorik, yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan motorik halus (John & Renumol, 2018) (Rahim & Jamaludin, 2019).
- Terapi Okupasi: Intervensi terapi okupasi biasanya digunakan untuk mengatasi defisit motorik halus pada anak-anak dengan disgrafia. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol motorik, yang penting untuk tugas akademik dan kegiatan sehari-hari (Piller & Torrez, 2019).
Implikasi yang Lebih Luas
Sementara disgrafia terutama mempengaruhi menulis, dampaknya pada keterampilan motorik halus dapat meluas ke bidang lain kehidupan anak. Misalnya, kesulitan dalam koordinasi motorik dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk melakukan tugas-tugas seperti mengikat tali sepatu atau berpartisipasi dalam olahraga, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas hidup mereka (Suresh & Subash, 2023). Selain itu, adanya gangguan temporal dalam tugas-tugas motorik, seperti ketukan ritmis, menunjukkan bahwa beberapa anak dengan disgrafia mungkin mengalami tantangan koordinasi motorik yang lebih luas di luar penulisan (Ben-Pazi et al., 2007). Temuan ini menggarisbawahi pentingnya identifikasi dan intervensi dini untuk mengurangi efek disgrafia pada keterampilan motorik halus dan perkembangan secara keseluruhan