Disgrafia terutama diakui sebagai ketidakmampuan belajar yang mempengaruhi keterampilan menulis, tetapi dampaknya melampaui sekadar menulis. Ini melibatkan interaksi kompleks faktor kognitif, motorik, dan emosional yang dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Disgrafia tidak terbatas pada kesulitan tulisan tangan; itu juga mempengaruhi ejaan, koherensi, dan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis. Sifat multifaset dari disgrafia ini menunjukkan bahwa hal itu dapat memiliki implikasi yang lebih luas pada perkembangan akademik dan pribadi anak.
Menulis dan Keterampilan Motorik
- Disgrafia ditandai dengan gangguan tulisan tangan, yang meliputi kesulitan dengan pembentukan huruf, spasi, dan keselarasan (Gary et al., 2023) (Alevizos et al., 2024).
- Ini sering melibatkan keterampilan motorik dan koordinasi yang buruk, yang sangat penting untuk tugas menulis (Kunhoth et al., 2024).
- Anak-anak dengan disgrafia mungkin menunjukkan posisi tangan yang tidak biasa dan menulis yang lambat atau sulit, menunjukkan gangguan motorik(Kunhoth et al., 2024).
Dampak Kognitif dan Akademik
- Disgrafia dapat mempengaruhi ejaan dan kemampuan menulis teks yang koheren, yang penting untuk keberhasilan akademis (Wegele, 2023).
- Hal ini terkait dengan kesulitan dalam mempelajari pengetahuan ejaan dan keterampilan menulis karena fungsi mental bicara dan non-ucapan yang kurang berkembang (Shevchenko et al., 2024).
- Gangguan ini dapat secara signifikan mempengaruhi perkembangan akademik, seperti yang terlihat dalam studi siswa sekolah dasar atas (Sianga et al., 2024).
Aspek Emosional dan Psikologis
- Disgrafia dapat menyebabkan stres, ketidaknyamanan psikologis, dan harga diri rendah pada anak-anak, mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka secara keseluruhan (Shevchenko et al., 2024).
- Dampak emosional dari disgrafia sangat signifikan, karena dapat menghambat kepercayaan anak pada kemampuan mereka dan berkontribusi pada tekanan emosional (Gouraguine et al., 2023).
Komorbiditas dengan Gangguan Lain
- Disgrafia sering hidup berdampingan dengan gangguan perkembangan saraf lainnya, seperti gangguan koordinasi perkembangan (DCD) dan gangguan membaca (RD), yang dapat mempersulit diagnosis dan intervensi (Jolly et al., 2024).
- Kehadiran kondisi komorbiditas dapat memperburuk tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dengan disgrafia, membutuhkan pendekatan bernuansa untuk diagnosis dan pengobatan (Alevizos et al., 2024).
Sementara disgrafia terutama mempengaruhi keterampilan menulis, pengaruhnya meluas ke area lain, termasuk domain kognitif, motorik, dan emosional. Kompleksitas gangguan ini memerlukan pendekatan komprehensif untuk diagnosis dan intervensi, mengingat kebutuhan unik setiap anak. Memahami dampak yang lebih luas dari disgrafia dapat mengarah pada strategi dukungan yang lebih efektif, meningkatkan hasil akademik dan pribadi untuk individu yang terkena dampak.