Cerebral palsy (CP) adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang dapat sulit dideteksi selama kehamilan. Sementara sebagian besar diagnosis CP terjadi pascanatal, ada minat yang berkembang dalam mengidentifikasi faktor risiko potensial dan indikator awal selama kehamilan. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa sementara deteksi langsung CP dalam rahim belum memungkinkan, kondisi ibu dan janin tertentu dapat menunjukkan peningkatan risiko CP. Ini termasuk faktor genetik, masalah kesehatan ibu, dan biomarker spesifik. Di sini, kami mengeksplorasi potensi untuk mendeteksi CP selama kehamilan berdasarkan penelitian terbaru.
Faktor Risiko Ibu dan Janin
Kondisi Kesehatan Ibu: Infeksi dan cedera ibu selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko CP pada keturunannya. Misalnya, cedera ibu yang tidak disengaja, terutama yang parah, telah dikaitkan dengan insiden CP yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa kesehatan ibu secara signifikan berdampak pada perkembangan saraf janin(Ahmed et al., 2022). Selain itu, infeksi ibu selama kehamilan telah dikaitkan secara tidak konsisten dengan CP, menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut (Ayubi et al., 2021).
Indikator Genetik dan Biomarker: Kontribusi genetik terhadap CP semakin diakui, dengan hingga 30% kasus memiliki komponen genetik (Hoei‐Hansen et al., 2024). Biomarker seperti tingkat rendah protein plasma terkait kehamilan A (PAPP-A) dan subunit beta human chorionic gonadotropin (β-hCG) pada trimester pertama telah dikaitkan dengan risiko CP yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa masalah perkembangan plasenta mungkin berperan (Eskild, 2021). Demikian pula, peningkatan kadar alpha-fetoprotein (AFP) dan inhibin pada trimester kedua telah dikaitkan dengan CP, menunjukkan potensi disfungsi plasenta (Peris et al., 2021).
Kemajuan Teknologi dalam Deteksi
- Ultrasonografi dan Pemantauan Janin: Kemajuan dalam teknologi ultrasound, khususnya USG empat dimensi (4D), telah memungkinkan penilaian gerakan janin, yang mungkin mencerminkan perkembangan neurologis. Teknologi ini menjanjikan untuk mengidentifikasi potensi kerusakan otak dalam rahim, meskipun belum menjadi alat diagnostik definitif untuk CP (Tomasović & Predojević, 2015). Selain itu, pemantauan detak jantung janin pada kehamilan yang dipersulit oleh gangguan hipertensi dapat memberikan wawasan tentang gangguan janin, yang terkait dengan risiko CP (Hasegawa et al., 2018).
Tantangan dan Keterbatasan
Terlepas dari kemajuan ini, deteksi langsung CP selama kehamilan tetap sulit dipahami. Kompleksitas CP, dengan berbagai etiologi dan presentasi, mempersulit diagnosis dini. Banyak faktor risiko tidak eksklusif untuk CP dan dapat hadir dalam kondisi lain, sehingga sulit untuk menentukan CP secara khusus. Selain itu, adanya faktor risiko tidak menjamin perkembangan CP, karena banyak anak dengan faktor risiko ini tidak mengembangkan gangguan tersebut. Oleh karena itu, sementara indikator tertentu dapat menunjukkan peningkatan risiko, mereka tidak memberikan diagnosis prenatal definitif CP.
Kesimpulannya, meskipun ada jalan yang menjanjikan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang terkait dengan CP selama kehamilan, deteksi langsung tetap menjadi tantangan. Penelitian lanjutan tentang kemajuan genetik, biomarker, dan teknologi sangat penting untuk meningkatkan identifikasi dini dan strategi intervensi. Penelitian yang sedang berlangsung ini menggarisbawahi pentingnya perawatan prenatal yang komprehensif dan pemantauan untuk mengurangi potensi risiko yang terkait dengan CP.