Autisme sering diperdebatkan dalam hal klasifikasinya sebagai gangguan mental. Meskipun secara tradisional dipandang sebagai gangguan mental, perspektif terbaru, terutama dari gerakan neurodiversitas, berpendapat bahwa autisme adalah variasi alami manusia daripada gangguan. Perdebatan ini semakin diperumit oleh tingginya prevalensi kondisi kejiwaan yang terjadi bersamaan pada individu dengan autisme, yang dapat mengaburkan batas antara autisme sebagai kondisi perkembangan saraf yang berbeda dan hubungannya dengan masalah kesehatan mental. Bagian berikut mengeksplorasi perspektif ini dan kompleksitas yang terlibat dalam mengklasifikasikan autisme.
Autisme sebagai Kondisi Perkembangan Saraf
- Autisme terutama dicirikan sebagai gangguan perkembangan saraf, ditandai dengan tantangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan fleksibilitas perilaku (Alami et al., 2024) (Mughal et al., 2021).
- Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) mengkategorikan autisme di bawah gangguan perkembangan saraf, menekankan onset dini dan dampaknya pada fungsi harian (Mughal et al., 2021).
- Gerakan neurodiversitas berpendapat bahwa autisme harus dilihat sebagai variasi alami dalam kognisi dan perilaku manusia, bukan gangguan, menantang pandangan tradisional (Bošnjak, 2023) (Tammet, 2016).
Kondisi Psikiatri yang terjadi bersamaan
- Individu autis sering mengalami gangguan kejiwaan yang terjadi bersamaan, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif, dengan tingkat prevalensi secara signifikan lebih tinggi daripada pada populasi umum (Underwood, 2022) (“Mental Disorders in Children and Adolescents With Autism”, 2022).
- Studi menunjukkan bahwa 54-94% individu autis mengembangkan kondisi kesehatan mental selama hidup mereka, menyoroti perlunya dukungan kesehatan mental dalam populasi ini (Underwood, 2022).
- Kehadiran kondisi yang terjadi bersamaan ini sering mempersulit diagnosis dan pengobatan autisme, karena layanan kesehatan mental mungkin tidak dilengkapi secara memadai untuk memenuhi kebutuhan unik individu autis (Read & Schofield, 2010).
Tampilan Disfungsi Berbahaya
- Teori disfungsi berbahaya menyatakan bahwa suatu kondisi adalah gangguan jika diakibatkan oleh kegagalan mekanisme mental untuk melakukan fungsi alaminya dan menyebabkan kerusakan pada individu (Bošnjak, 2023).
- Menurut pandangan ini, apakah autisme dianggap sebagai gangguan mungkin tergantung pada sejauh mana ia menyebabkan kerusakan atau disfungsi dalam kehidupan seseorang, menunjukkan penilaian kasus per kasus (Bošnjak, 2023).
Autisme dan Layanan Kesehatan Mental
- Ada pengakuan yang berkembang tentang perlunya layanan kesehatan mental untuk lebih mengakomodasi kebutuhan individu autis, karena pendekatan tradisional mungkin tidak efektif (Read & Schofield, 2010).
- Intervensi seperti terapi perilaku kognitif telah disesuaikan untuk mengatasi tantangan kesehatan mental tertentu pada individu autis, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan pengobatan yang efektif (Gotham et al., 2020).
Sementara autisme tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental itu sendiri, ini adalah kondisi perkembangan saraf dengan tumpang tindih yang signifikan dengan masalah kesehatan mental. Tingginya prevalensi kondisi kejiwaan yang terjadi bersamaan pada individu autis memerlukan pemahaman yang bernuansa tentang dampak autisme pada kesehatan mental. Kompleksitas ini menggarisbawahi pentingnya layanan kesehatan mental yang disesuaikan dan intervensi yang membahas aspek perkembangan saraf dan kejiwaan autisme.