Gangguan spektrum autisme (ASD) memang dipengaruhi oleh faktor genetik, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai penelitian. Arsitektur genetik autisme sangat kompleks, melibatkan varian genetik umum dan langka. Komponen genetik ini berkontribusi secara signifikan terhadap risiko pengembangan autisme, meskipun mereka tidak memperhitungkan semua kasus. Heritabilitas autisme tinggi, dengan perkiraan menunjukkan bahwa faktor genetik menyumbang sebagian besar risiko. Pengaruh genetik ini beragam, melibatkan kombinasi mutasi warisan dan mutasi de novo, serta faktor risiko poligenik. Di bawah ini, aspek genetik autisme dieksplorasi secara lebih rinci.
Arsitektur Genetik Autisme
- Varian Umum dan Langka: Autisme dikaitkan dengan berbagai varian genetik. Varian umum, yang diwariskan dan memiliki efek individu kecil, secara kolektif berkontribusi pada sebagian besar risiko genetik untuk autisme. Varian langka, termasuk mutasi de novo, dapat memiliki efek yang lebih besar tetapi kurang umum pada populasi (Havdahl et al., 2021) (Warrier et al., 2017).
- Sifat Poligenik: Autisme bersifat poligenik, artinya melibatkan efek gabungan dari banyak gen. Studi asosiasi seluruh genom (GWAS) telah mengidentifikasi banyak lokus genetik yang terkait dengan autisme, menyoroti sifat poligeniknya (Salenius et al., 2024) (Warrier et al., 2017).
- Faktor Monogenik: Dalam beberapa kasus, autisme dapat dikaitkan dengan mutasi gen tunggal, yang dikenal sebagai penyebab monogenik. Pengujian genetik terkadang dapat mengidentifikasi mutasi ini, yang dapat memandu manajemen klinis dan konseling keluarga (Jensen et al., 2022) (Slutskaya, 2022).
Heritabilitas dan Pola Keluarga
- Heritabilitas Tinggi: Studi kembar dan keluarga telah menunjukkan bahwa autisme memiliki heritabilitas tinggi, dengan perkiraan sekitar 90%. Hal ini didukung oleh tingkat kesesuaian tinggi yang diamati pada kembar monozigot dibandingkan dengan kembar dizigotik (Slutskaya, 2022).
- Risiko Familiar: Saudara kandung dari individu autis memiliki kemungkinan yang jauh lebih tinggi untuk berada pada spektrum autisme dibandingkan dengan populasi umum, menunjukkan komponen keluarga yang kuat (Slutskaya, 2022).
Pengujian Genetik dan Implikasi
- Pengujian Genetik: Kemajuan dalam teknologi genomik telah memfasilitasi identifikasi varian genetik yang terkait dengan autisme. Tes genetik dapat membantu mengidentifikasi penyebab genetik tertentu pada beberapa individu, meskipun tidak digunakan untuk mendiagnosis autisme itu sendiri (Jensen et al., 2022)] (Slutskaya, 2022).
- Utilitas Klinis: Mengidentifikasi penyebab genetik dapat menginformasikan manajemen klinis, termasuk identifikasi kondisi yang terjadi bersamaan dan rencana perawatan yang dipersonalisasi. Namun, pengujian genetik tidak diterapkan secara universal, dan ada perbedaan dalam akses ke layanan ini (Slutskaya, 2022).
Tantangan dan Arah Masa Depan
- Kompleksitas dan Heterogenitas: Dasar genetik autisme sangat heterogen, dengan banyak gen dan jalur yang terlibat. Kompleksitas ini menimbulkan tantangan untuk memahami mekanisme yang tepat di mana faktor genetik berkontribusi terhadap autisme (Havdahl et al., 2021) (Arberas & Ruggieri, 2019).
- Integrasi Data: Penelitian masa depan bertujuan untuk mengintegrasikan data genetik dengan data biologis lainnya, seperti epigenomik dan transkriptomik, untuk lebih memahami sifat multifaktorial autisme (Havdahl et al., 2021).
Sementara faktor genetik memainkan peran penting dalam autisme, penting untuk menyadari bahwa faktor lingkungan dan interaksi gen-lingkungan juga berkontribusi pada perkembangan gangguan tersebut. Interaksi antara faktor-faktor ini kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Selain itu, presentasi klinis autisme sangat bervariasi, yang semakin mempersulit pemahaman tentang dasar-dasar genetiknya. Seiring penelitian berlanjut, gambaran yang lebih komprehensif tentang kontribusi genetik dan lingkungan terhadap autisme diharapkan muncul.