A young child expressing strong emotions during a studio portrait shoot.

Apakah Anak Yang Terlambat Bicara Tapi Memiliki Kontak Mata Tetap Bisa Didiagnosis Autisme?

Seorang anak yang berbicara terlambat tetapi mempertahankan kontak mata mungkin masih didiagnosis dengan autisme, meskipun kontak mata merupakan faktor penting dalam diagnosis autisme. Autism Spectrum Disorder (ASD) ditandai dengan berbagai gejala, termasuk tantangan komunikasi dan kesulitan interaksi sosial. Sementara kontak mata adalah kriteria diagnostik yang kritis, itu bukan satu-satunya penentu. Adanya gejala lain, seperti keterlambatan bicara, juga dapat berkontribusi pada diagnosis autisme. Penggunaan alat diagnostik canggih, seperti teknologi pelacakan mata, telah meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi autisme dengan menganalisis pola kontak mata dan indikator perilaku lainnya.

Kontak Mata dan Diagnosis Autisme

  • Anomali kontak mata adalah gejala autisme yang terdokumentasi dengan baik dan sering digunakan dalam penilaian diagnostik. Teknologi pelacakan mata telah terbukti secara efektif mengidentifikasi anomali ini, menyediakan alat yang andal untuk diagnosis dini autisme (Duymaz et al., 2022) (Jones et al., 2023).
  • Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme menunjukkan pola gerakan mata yang berbeda, seperti peningkatan fiksasi dan saccades, yang dapat dideteksi menggunakan sistem pelacakan mata (Al-Shaghnobi et al., 2023)].
  • Sistem EYE-C, yang menganalisis episode kontak mata selama interaksi anak-terapis, telah berhasil dalam stratifikasi gangguan spektrum autisme berdasarkan fitur kontak mata, menyoroti variabilitas kontak mata di antara anak-anak dengan autisme (Alvari et al., 2021).

Keterlambatan Bicara dan Autisme

  • Keterlambatan bicara adalah gejala umum autisme lainnya, sering diamati bersama tantangan komunikasi dan interaksi sosial lainnya (Jaleha & Mirnawati, 2019).
  • Sementara kontak mata merupakan faktor yang signifikan, adanya keterlambatan bicara juga dapat mengindikasikan autisme, terutama bila dikombinasikan dengan gejala lain seperti keterlibatan sosial atipikal dan kesulitan komunikasi (Camero et al., 2020).

Kemajuan Teknologi dalam Diagnosis

  • Integrasi kecerdasan buatan dan teknologi pelacakan mata telah meningkatkan keakuratan diagnosis autisme. Alat-alat ini dapat secara objektif mengukur keterlibatan visual sosial dan berkorelasi dengan penilaian klinis kecacatan sosial dan kemampuan verbal (Jones et al., 2023).
  • Model pembelajaran mesin, seperti mesin vektor pendukung, telah dikembangkan untuk memprediksi diagnosis autisme berdasarkan respons saraf selama kontak mata, selanjutnya mendukung peran kontak mata dalam diagnosis autisme (Zhang et al., 2024).

Perspektif Alternatif

Sementara kontak mata merupakan komponen penting dalam mendiagnosis autisme, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak dengan autisme menunjukkan gejala yang sama. Beberapa anak mungkin mempertahankan kontak mata tetapi masih mengalami tantangan lain yang terkait dengan autisme, seperti keterlambatan bicara atau kesulitan interaksi sosial. Heterogenitas gangguan spektrum autisme berarti bahwa penilaian komprehensif, dengan mempertimbangkan beberapa gejala dan perilaku, sangat penting untuk diagnosis yang akurat. Selain itu, pengembangan alat diagnostik objektif, seperti sistem pelacakan mata, menawarkan jalan yang menjanjikan untuk deteksi dan intervensi dini, bahkan dalam kasus di mana gejala tradisional seperti kurangnya kontak mata tidak menonjol.

Duymaz, E., DurmuÅŸ, A., Isik, B., Ciylan, F., Biçakçi, M. Y., Kesat, H., Bıçakçı, Y. B., Tatlı, B., & Dursun, Åž. S. (2022). Early Diagnosis of Autistic Children with Eye Tracker and Artificial Intelligence Approach. https://doi.org/10.1109/TIPTEKNO56568.2022.9960148
Jones, W., Klaiman, C., Richardson, S. S., Lambha, M., Reid, M., Hamner, T., Beacham, C., Lewis, P., Paredes, J., Edwards, L., Marrus, N., Constantino, J. N., Shultz, S., & Klin, A. (2023). Development and Replication of Objective Measurements of Social Visual Engagement to Aid in Early Diagnosis and Assessment of Autism. JAMA Network Open. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2023.30145
Al-Shaghnobi, S., Alodat, A. M., Jammaah, S. A., & Alrhmman, I. A. (2023). Developing a Screening Instrument for Children with Autism Spectrum Disorder using an Eye-Tracking System. https://doi.org/10.1109/eiceeai60672.2023.10590258
Alvari, G., Coviello, L., & Furlanello, C. (2021). EYE-C: Eye-Contact Robust Detection and Analysis during Unconstrained Child-Therapist Interactions in the Clinical Setting of Autism Spectrum Disorders. Brain Sciences. https://doi.org/10.3390/BRAINSCI11121555
Jaleha, S., & Mirnawati, M. (2019). Application of DTT (Discrete Trail Training) Method in Improving the Eye Contact Ability of Autistic Children.
Camero, R., Martínez, V., & Gallego, C. (2020). Gaze Following and Pupil Dilation as Objective Measures of Early Diagnosis of Children with ASD. https://doi.org/10.20944/PREPRINTS202012.0388.V1
Zhang, X., Noah, J. A., Singh, R., McPartland, J. C., & Hirsch, J. (2024). Support vector machine prediction of individual Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS) scores based on neural responses during live eye-to-eye contact. Dental Science Reports. https://doi.org/10.1038/s41598-024-53942-z
Scroll to Top