Anak-anak yang berbicara terlambat mungkin menghadapi tantangan dalam belajar calistung (membaca, menulis, dan berhitung), tetapi hubungannya tidak langsung dan tergantung pada berbagai faktor. Terlambat berbicara, ditandai dengan perkembangan bahasa awal yang lambat, dapat meningkatkan risiko kesulitan bahasa yang terus-menerus, yang dapat memengaruhi keterampilan akademik seperti calistung. Namun, tidak semua pembicara yang terlambat mengalami kesulitan ini, dan beberapa mungkin mengejar ketinggalan dengan rekan-rekan mereka dari waktu ke waktu. Hubungan antara keterlambatan berbicara dan kesulitan calistung melibatkan berbagai dimensi, termasuk perkembangan bahasa, intervensi pendidikan, dan perbedaan individu.
Pengembangan Bahasa dan Calistung
- Keterlambatan Bahasa dan Keterampilan Akademik: Anak-anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, yang merupakan komponen inti dari calistung. Penundaan ini dapat mempengaruhi pengembangan literasi dan interaksi sosial, yang berpotensi menyebabkan tantangan dalam pengaturan akademik (Przybysz et al., 2023).
- Pembicara Terlambat dan Hasil Bahasa: Sementara banyak pembicara terlambat mengejar ketinggalan dengan rekan-rekan mereka, beberapa terus mengalami kesulitan bahasa yang dapat mempengaruhi kinerja akademik mereka, termasuk keterampilan calistung. Persistensi kesulitan bahasa pada pembicara terlambat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti risiko keluarga mengalami disleksia dan perbedaan individu dalam pemrosesan bahasa (Kautto et al., 2021) (Caglar-Ryeng et al., 2021).
Intervensi dan Dukungan Pendidikan
- Peran Guru dan Sekolah: Intervensi pendidikan yang efektif dapat membantu mengurangi kesulitan belajar calistung. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan memberikan layanan konseling untuk mendukung siswa menghadapi tantangan. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menggunakan media interaktif, seperti robot BELANGKAS, dapat meningkatkan minat dan kemampuan anak-anak dalam calistung (Umalihayati et al., 2024) (Rahmalisa & Linarta, 2022) (Purnaningtyas & Sukartono, 2024).
- Kurikulum dan Lingkungan Belajar: Penyelarasan kurikulum calistung antara TK dan SD sangat penting. Perbedaan dalam ekspektasi kurikulum dapat menyebabkan stres dan penurunan minat belajar di antara siswa. Mengatasi masalah ini melalui desain kurikulum yang tepat dan praktik pengajaran yang mendukung dapat meningkatkan hasil calistung (Juliantara, 2022).
Perbedaan Individu dan Pematangan Otak
- Pematangan Otak dan Pemrosesan Bahasa: Perbedaan pematangan otak dan pemrosesan bahasa dapat mempengaruhi hubungan antara keterampilan berbicara terlambat dan keterampilan calistung. Anak-anak dengan kemampuan bahasa yang lebih baik dapat memproses informasi pendengaran dengan lebih efisien, memungkinkan pemrosesan informasi yang kompleks yang lebih dalam. Variasi pematangan otak ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak belajar dan melakukan tugas calistung (“Auditory ERP amplitudes correlate with school-age language abilities in children with and without a history of late talking”, 2023).
- Pola Perilaku pada Pembicara Terlambat: Pembicara terlambat mungkin menunjukkan pola perilaku umum dalam penguasaan bahasa, yang dapat memengaruhi pengalaman belajar mereka. Memahami pola-pola ini dapat membantu orang tua dan pendidik memberikan dukungan yang ditargetkan untuk meningkatkan keterampilan bahasa dan akademik (Barrera & Balones, 2022).
Sementara berbicara terlambat dapat dikaitkan dengan tantangan dalam belajar calistung, penting untuk menyadari bahwa tidak semua pembicara terlambat akan mengalami kesulitan ini. Banyak faktor, termasuk intervensi pendidikan, perbedaan individu, dan pematangan otak, berperan dalam menentukan sejauh mana tantangan ini. Selain itu, beberapa pembicara terlambat dapat mengembangkan keterampilan bahasa yang khas dari waktu ke waktu, menyoroti pentingnya intervensi dini dan dukungan untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran.