Close-up image of white capsules with medicine bottle and box in the background.

Apakah Anak Hiperaktif Perlu Minum Obat?

Pertanyaan apakah anak-anak hiperaktif perlu minum obat itu kompleks dan beragam, melibatkan pertimbangan kemanjuran, efek samping, dan pengobatan alternatif. Obat, terutama psikostimulan seperti methylphenidate dan amphetamine, adalah pengobatan umum untuk hiperaktif dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), menunjukkan kemanjuran yang signifikan dalam mengurangi gejala. Namun, keputusan untuk mengobati harus individual, dengan mempertimbangkan keadaan spesifik anak, potensi efek samping, dan ketersediaan intervensi alternatif. Di bawah ini, aspek-aspek kunci dari topik ini dieksplorasi.

Kemanjuran Obat

  • Efektivitas: Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan dapat secara signifikan mengurangi gejala hiperaktif. Misalnya, anak-anak yang menerima perawatan obat ditemukan kurang hiperaktif daripada 88,5% anak-anak kontrol, meskipun 30% dari efek ini dapat dikaitkan dengan fenomena plasebo (Ottenbacher & Cooper, 2008).
  • Perbaikan Perilaku: Obat-obatan memiliki efek paling nyata pada ukuran perilaku, dengan dampak yang lebih kecil pada IQ dan prestasi akademis (Ottenbacher & Cooper, 2008).
  • Obat Pilihan: Methylphenidate dan dexamphetamine umumnya digunakan dan memiliki catatan panjang kemanjuran dalam mengobati hiperaktifitas (Elia, 1993).

Efek Samping dan Risiko

  • Kekhawatiran Pertumbuhan: Penggunaan stimulan yang diperpanjang seperti amfetamin dan metilfenidat telah dipelajari untuk efeknya pada pertumbuhan. Sementara sebagian besar anak tidak mengalami dampak pertumbuhan negatif, beberapa mungkin menunjukkan penurunan berat badan, terutama dengan penggunaan amfetamin (Sund & Zeiner, 2002).
  • Risiko Jantung dan Psikiatrisi: Ada kekhawatiran tentang risiko jantung dan kejiwaan yang terkait dengan obat ADHD, yang mengarah ke penyelidikan FDA dan label peringatan yang direvisi (Barry et al., 2012).
  • Efek Samping Lainnya: Efek samping potensial termasuk perkembangan tics dan risiko penyalahgunaan zat, meskipun farmakoterapi telah dikaitkan dengan penurunan risiko gangguan penggunaan narkoba pada remaja ADHD (Kochman et al., 2002) (Fox & Rieder, 1993).

Pendekatan Alternatif dan Pelengkap

  • Intervensi Lingkungan dan Perilaku: Memanipulasi lingkungan dan menggunakan intervensi perilaku terkadang dapat menghindari kebutuhan akan pengobatan. Pendekatan ini bisa efektif, terutama bila dikombinasikan dengan konseling orangtua (Kirman, 2008) (Agarwal & Rao, 1997).
  • Remediasi Neuropsikologis: Tugas kognitif yang bertujuan meningkatkan perhatian dan kewaspadaan telah menunjukkan harapan dalam merawat anak-anak hiperaktif, dengan perbaikan signifikan dicatat dalam beberapa kasus (Agarwal & Rao, 1997).

Pertimbangan untuk Penggunaan Obat

  • Perawatan Individual: Keputusan untuk menggunakan obat harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap karakteristik anak, situasi keluarga, dan pengaturan sekolah (Gadow, 2018).
  • Pendekatan Multidisipliner: Kombinasi psikoterapi, keterampilan psiko-edukatif, dan pengobatan sering direkomendasikan untuk memaksimalkan kemanjuran pengobatan dan meminimalkan efek samping (Kochman et al., 2002) (Fox & Rieder, 1993).
  • Tantangan Diagnostik: Diagnosis yang akurat sangat penting, karena kesalahan diagnosis dapat menyebabkan perawatan yang tidak tepat. Diagnosis banding, seperti gangguan bipolar onset dini, harus dipertimbangkan (Kochman et al., 2002).

Sementara pengobatan dapat menjadi komponen pengobatan yang efektif untuk anak-anak hiperaktif, itu bukan satu-satunya pilihan. Keputusan untuk mengobati harus dipertimbangkan dengan cermat, menimbang manfaat terhadap potensi risiko dan efek samping. Intervensi non-farmakologis juga dapat memainkan peran penting dalam mengelola hiperaktif, dan pendekatan individual yang komprehensif seringkali merupakan strategi yang paling efektif.

Ottenbacher, K. J., & Cooper, H. (2008). Drug treatment of hyperactivity in children. Developmental Medicine & Child Neurology. https://doi.org/10.1111/J.1469-8749.1983.TB13772.X
Elia, J. (1993). Drug treatment for hyperactive children. Therapeutic guidelines. Drugs. https://doi.org/10.2165/00003495-199346050-00006
Sund, A. M., & Zeiner, P. L. (2002). Does extended medication with amphetamine or methylphenidate reduce growth in hyperactive children. Nordic Journal of Psychiatry. https://doi.org/10.1080/08039480252803936
Barry, C. L., Martin, A., & Busch, S. H. (2012). ADHD medication use following FDA risk warnings. Journal of Mental Health Policy and Economics.
Kochman, F., Karila, L., & Tiravi, S. (2002). Role of psychostimulants in hyperactive children. La Revue Du Praticien.
Fox, A. M., & Rieder, M. J. (1993). Risks and benefits of drugs used in the management of the hyperactive child. Drug Safety. https://doi.org/10.2165/00002018-199309010-00004
Kirman, D. P. M. B. H. (2008). Tranquillizers for hyperactive children. Developmental Medicine & Child Neurology. https://doi.org/10.1111/J.1469-8749.1961.TB15339.X
Agarwal, N., & Rao, S. L. (1997). Neuropsychological remediation of hyperactive children. Indian Journal of Psychiatry.
Gadow, K. D. (2018). Children on Medication Volume I: Hyperactivity, Learning Disabilities, and Mental Retardation.
Scroll to Top