Anak-anak dengan hiperaktif, terutama mereka yang didiagnosis dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), cenderung menunjukkan perilaku yang lebih agresif dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak hiperaktif. Agresi ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk agresi reaktif dan proaktif, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, emosional, dan kognitif. Hubungan antara hiperaktif dan agresi sangat kompleks, melibatkan unsur-unsur seperti disregulasi emosi, impulsif, dan pemrosesan informasi sosial. Di bawah ini, aspek-aspek kunci dari hubungan ini dieksplorasi secara rinci.
Faktor Emosional dan Kognitif
- Disregulasi Emosi dan Impulsivitas: Anak-anak dengan ADHD sering berjuang dengan regulasi emosi, yang secara signifikan berkontribusi terhadap agresi reaktif. Disregulasi emosi, ditandai dengan urgensi negatif, adalah prediktor kuat perilaku agresif pada anak-anak ini, karena mengarah pada reaksi impulsif terhadap ancaman atau provokasi yang dirasakan (Luan, 2022) (Blader, 2022).
- Pemrosesan Informasi Sosial (SIP): Sementara keterampilan SIP pada anak-anak dengan ADHD mungkin mirip dengan teman sebaya mereka, anak-anak ini lebih cenderung menafsirkan isyarat sosial sebagai bermusuhan, yang menyebabkan peningkatan agresi. Hal ini terutama terlihat dalam situasi yang melibatkan provokasi, di mana anak-anak dengan ADHD dapat merespons lebih agresif karena ancaman yang dirasakan (King, 2007) (Bloomquist et al., 1997).
Pengaruh Perilaku dan Lingkungan
- Pengasuhan dan Faktor Lingkungan: Disiplin yang tidak konsisten dan praktik pengasuhan paksa terkait dengan tingkat agresi proaktif yang lebih tinggi pada anak-anak hiperaktif. Faktor-faktor lingkungan ini dapat memperburuk kecenderungan agresif dengan memperkuat pola perilaku maladaptif (Luan, 2022) (Scott et al., 2018).
- Gaya hidup dan Faktor Risiko: Anak-anak hiperaktif lebih cenderung terlibat dalam perilaku yang meningkatkan risiko agresi, seperti penggunaan narkoba. Konsumsi alkohol, misalnya, telah terbukti meningkatkan kemungkinan agresi fisik pada anak-anak ini (A.V. et al., n.d.).
Hasil Jangka Panjang dan Komorbiditas
- Gangguan Komorbida: Anak-anak hiperaktif memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan kejiwaan komorbiditas, seperti gangguan perilaku dan gangguan kepribadian, yang terkait dengan peningkatan agresi. Komorbiditas ini sering bertahan hingga dewasa, menyebabkan tingkat kriminalitas dan perilaku antisosial yang lebih tinggi (Fischer et al., 2002) (Satterfield & Schell, 1997).
- Fungsi Adaptif: Kehadiran hiperaktif dan agresi dapat berdampak negatif pada fungsi adaptif anak, mempengaruhi kehidupan sosial, akademik, dan keluarga mereka. Ini menggarisbawahi pentingnya intervensi dini untuk mengatasi perilaku ini dan meningkatkan hasil jangka panjang (MacDonald et al., 1996).
Sementara anak-anak hiperaktif lebih rentan terhadap perilaku agresif, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak hiperaktif menunjukkan agresi. Kehadiran agresi sering dimediasi oleh faktor-faktor tambahan seperti masalah perilaku, pengaruh lingkungan, dan kondisi kejiwaan komorbiditas. Selain itu, intervensi yang berfokus pada regulasi emosi, pelatihan keterampilan sosial, dan strategi pengasuhan dapat mengurangi perilaku agresif dan meningkatkan fungsi adaptif pada anak-anak hiperaktif. Memahami sifat multifaset agresi pada anak-anak hiperaktif sangat penting untuk mengembangkan strategi pengobatan dan pencegahan yang efektif.