Pertanyaan apakah seorang anak hiperaktif, terutama anak dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), dapat menikah dan membangun keluarga dengan baik adalah kompleks dan beragam. ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang lazim yang dapat bertahan hingga dewasa, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan pribadi dan dinamika keluarga. Meskipun ada tantangan, individu dengan ADHD memang dapat menikah dan membangun keluarga, meskipun mereka mungkin menghadapi hambatan unik yang memerlukan strategi dan sistem pendukung khusus.
Dampak ADHD pada Hubungan
- Konflik Perkawinan dan Familiar: ADHD dapat menyebabkan peningkatan konflik perkawinan, terutama ketika disertai dengan gangguan seperti Oposion-Defiant Disorder (ODD) atau Conduct Disorder (CD). Konflik ini dapat berasal dari stres dan tuntutan mengelola gejala ADHD dalam konteks keluarga (Guilherme et al., 2007) (Guilherme et al., 2007).
- Tantangan Komunikasi: Individu dengan ADHD sering mengalami defisit dalam keterampilan sosial dan komunikasi, yang dapat menyebabkan kesulitan hubungan. Imago Relationship Therapy (IRT) telah disarankan sebagai metode untuk meningkatkan komunikasi dengan memperlambat interaksi dan meningkatkan keterampilan mendengarkan (Robbins, 2005).
Strategi dan Dukungan Mengatasi
- Mekanisme Koping: Strategi koping yang efektif sangat penting untuk mengelola stres yang terkait dengan ADHD. Strategi koping yang berfokus pada masalah, yang melibatkan penanganan akar penyebab stres, telah terbukti meningkatkan kualitas perkawinan dan mengurangi tekanan psikologis (Jahangir & Batool, 2017).
- Pelatihan Regulasi Emosi: Pelatihan regulasi emosi untuk orang tua dari anak-anak hiperaktif telah terbukti meningkatkan hubungan keluarga, menunjukkan bahwa pendekatan serupa dapat bermanfaat bagi orang dewasa dengan ADHD dalam mengelola dinamika keluarga mereka sendiri (Arabi et al., 2020).
Hasil Jangka Panjang dan Adaptasi
- Ketekunan hingga Dewasa: Gejala ADHD sering bertahan hingga dewasa, mempengaruhi kehidupan pribadi dan profesional. Namun, dengan intervensi dan dukungan yang tepat, individu dapat beradaptasi dan menjalani kehidupan yang memuaskan, termasuk pernikahan yang sukses dan kehidupan keluarga (Harpin, 2005).
- Persepsi dan Adaptasi Orangtua: Orang tua dari anak-anak dengan ADHD melaporkan stres yang signifikan dan dinamika keluarga yang berubah, tetapi mereka juga mengembangkan berbagai strategi penanggulangan untuk mengelola tantangan ini. Kemampuan beradaptasi ini dapat dicerminkan pada orang dewasa dengan ADHD saat mereka menavigasi kehidupan keluarga (Bullard, 1996).
Sementara ADHD menghadirkan tantangan dalam membangun dan memelihara hubungan keluarga, penting untuk mengenali potensi hasil positif. Dengan sistem pendukung yang tepat, intervensi terapeutik, dan strategi penanggulangan, individu dengan ADHD dapat berhasil menikah dan membangun keluarga. Namun, variabilitas dalam pengalaman individu dan adanya kondisi komorbiditas dapat mempengaruhi hasil ini, memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi untuk dukungan dan intervensi.