A joyful child in a colorful outfit running and playing with a bicycle tire outdoors.

Apakah Anak Hiperaktif Bisa Belajar Konsep Matematika Lebih Lanjut Seperti Penjumlahan Dan Pengurangan?

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak hiperaktif, termasuk mereka dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD), memang dapat mempelajari konsep matematika seperti penambahan dan pengurangan, meskipun mereka mungkin memerlukan strategi instruksional yang disesuaikan. Kemampuan untuk memahami konsep-konsep ini sangat mendasar, dan berbagai pendekatan telah terbukti mendukung pembelajaran pada anak-anak dengan hiperaktif. Pendekatan ini sering melibatkan adaptasi metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan unik siswa ini, menekankan pemahaman konseptual dan keterlibatan melalui kegiatan interaktif dan bermakna. Berikut adalah beberapa wawasan utama dari penelitian ini:

Pemahaman Konseptual dan Penggunaan Strategi

  • Penelitian menyoroti pentingnya pemahaman konseptual daripada menghafal. Anak-anak, termasuk mereka yang mengalami kesulitan belajar, mendapat manfaat dari strategi yang menekankan penalaran dan pemahaman konsep matematika daripada hanya pengetahuan prosedural  (Robelo, 2014) (Saleha et al., 2024).
  • Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), yang melibatkan konteks dunia nyata dan pembelajaran interaktif, telah efektif dalam membantu siswa ADHD memahami konsep penambahan dan pengurangan. Metode ini mendorong siswa untuk mengklasifikasikan objek, menggunakan representasi matematika, dan menerapkan strategi pemecahan masalah (Saleha et al., 2024).

Penggunaan Pemodelan dan Alat Interaktif

  • Anak-anak sering menggunakan strategi pemodelan dan penghitungan untuk memecahkan masalah penambahan dan pengurangan, bahkan sebelum instruksi formal. Strategi ini dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak hiperaktif, karena mereka memberikan cara nyata untuk memahami konsep abstrak (Carpenter & Moser, 1984) (Kulm, 1985).
  • Alat seperti keluarga fakta dan kartu flash dapat membantu anak-anak memahami hubungan antara penambahan dan pengurangan, mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang operasi ini. Alat-alat ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi hubungan bagian-keseluruhan dan melihat bagaimana penambahan dan pengurangan saling terhubung (Kurz et al., 2011).

Pembelajaran Kolaboratif dan Berbasis Game

  • Lingkungan belajar kolaboratif, seperti kegiatan kelompok dan permainan, telah terbukti meningkatkan keterampilan aritmatika pada anak-anak, termasuk mereka yang memiliki kemampuan lebih rendah. Game “Cross Number Puzzle”, misalnya, telah efektif dalam meningkatkan keterampilan aritmatika siswa dengan kemampuan rendah melalui pemecahan masalah kolaboratif (Chen et al., 2011).
  • Melibatkan anak-anak dalam intervensi masalah kata yang menggabungkan praktik penambahan dan pengurangan juga dapat meningkatkan kinerja matematika mereka. Intervensi semacam itu membantu anak-anak menerapkan konsep matematika dalam skenario dunia nyata, yang dapat sangat bermanfaat untuk mempertahankan minat dan fokus anak-anak hiperaktif (Yoon et al., 2023).

Tantangan dan Pertimbangan

  • Anak-anak dengan diskalkulia perkembangan, suatu kondisi yang dapat terjadi bersamaan dengan ADHD, mungkin mengalami defisit spesifik dalam memproses informasi numerik. Anak-anak ini sering menunjukkan hiper-konektivitas di daerah otak yang terkait dengan pemecahan masalah aritmatika, yang dapat menyebabkan kinerja yang lebih lambat dan kurang akurat, terutama dalam pengurangan (Rosenberg-Lee et al., 2015).
  • Terlepas dari tantangan ini, dengan intervensi dan strategi pengajaran yang tepat, anak-anak dengan hiperaktif dapat mengembangkan pemahaman yang kuat tentang penambahan dan pengurangan. Sangat penting untuk menyesuaikan pendekatan pendidikan dengan kebutuhan pembelajaran unik mereka dan untuk memberikan dukungan dan praktik yang berkelanjutan (Saleha et al., 2024).

Sementara anak-anak hiperaktif mungkin menghadapi tantangan dalam mempelajari konsep matematika, penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi dan dukungan yang tepat, mereka dapat berhasil memperoleh keterampilan tambahan dan pengurangan. Metode instruksional yang disesuaikan yang menekankan pemahaman konseptual, pembelajaran interaktif, dan aplikasi dunia nyata dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan matematika mereka.

Robelo, O. G. (2014). Solución de problemas matemáticos de suma y resta en alumnos con dificultades para aprender mathematical problem solving in addition and subtraction problems of students with learning difficulties.
Saleha, A. N., Putri, R. I. I., & Darmawijoyo, D. (2024). Learning Design for Understanding the Concepts of Addition and Subtraction for ADHD Students Using the PMRI Approach. Jurnal Pendidikan Matematika. https://doi.org/10.22342/jpm.v18i1.pp1-14
Carpenter, T. P., & Moser, J. M. (1984). The Acquisition of Addition and Subtraction Concepts in Grades One through Three. Journal for Research in Mathematics Education. https://doi.org/10.2307/748348
Kulm, G. (1985). Learning to Add and Subtract: Strategies and Activities. Learning Activities and Implications from Recent Cognitive Research.
Kurz, T. L., Yanik, H. B., & Garcia, J. (2011). Helping a Young Child Connect Fact Family Addition and Subtraction using Tools.
Chen, Y. H., Chan, T.-W., Looi, C.-K., Shao, Y., & Lin, C.-P. (2011). Utilizing A Collaborative “Cross Number Puzzle” Game on Group Scribbles to Develop Students’ Computing Ability of Addition and Subtraction. Computer Supported Collaborative Learning. https://doi.org/10.22318/CSCL2011.646
Yoon, N., Fall, A.-M., & Roberts, G. J. (2023). The Effect of Addition and Subtraction Practice within a Word‐Problem Intervention on Addition and Subtraction Outcomes. https://doi.org/10.1111/ldrp.12319
Rosenberg-Lee, M., Ashkenazi, S., Ashkenazi, S., Chen, T., Young, C. B., Geary, D. C., & Menon, V. (2015). Brain hyper-connectivity and operation-specific deficits during arithmetic problem solving in children with developmental dyscalculia. Developmental Science. https://doi.org/10.1111/DESC.12216
Scroll to Top