Anak-anak dengan sindrom Down (DS) memang dapat menjalani operasi jika diperlukan, dan berbagai penelitian telah mendokumentasikan intervensi bedah yang berhasil pada populasi ini. Keputusan untuk melanjutkan operasi biasanya didasarkan pada kondisi medis tertentu, manfaat potensial dari operasi, dan risiko terkait. Anak-anak dengan DS sering hadir dengan tantangan medis yang unik, seperti kelainan jantung bawaan, masalah muskuloskeletal, dan kondisi sistemik lainnya, yang mungkin memerlukan intervensi bedah. Berikut adalah beberapa pertimbangan utama dan contoh dari literatur:
Intervensi Bedah pada Anak dengan Down Syndrome
Bedah Muskuloskeletal: Anak-anak dengan DS mungkin mengalami gangguan muskuloskeletal seperti ketidakstabilan patela. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perawatan bedah yang melibatkan prosedur jaringan lunak kombinasi secara signifikan meningkatkan hasil fungsional pada anak-anak dengan DS yang menderita ketidakstabilan patela, tanpa kambuhnya ketidakstabilan atau komplikasi utama yang dilaporkan (Zein et al., 2024).
Bedah Jantung: Cacat jantung bawaan sering terjadi pada anak-anak dengan DS, dan intervensi bedah sering diperlukan. Misalnya, laporan kasus menyoroti keberhasilan perbaikan cacat septum ventrikel pada anak dengan DS, meskipun komplikasi pasca operasi seperti blok jantung memerlukan intervensi lebih lanjut(Almutairi et al., 2024). Studi lain tentang transplantasi jantung pada anak-anak dengan DS menunjukkan bahwa hasilnya sebanding dengan pasien non-DS, menunjukkan bahwa DS tidak boleh menjadi kontraindikasi untuk prosedur tersebut (Godown et al., 2022).
Ketidakstabilan sambungan kraniovertebral: Sekitar sepertiga anak-anak dengan DS mengalami ketidakstabilan sambungan kraniovertebral, yang dapat menyebabkan cedera sumsum tulang belakang jika tidak ditangani. Manajemen bedah, sering melibatkan fusi berinstrumen posterior, direkomendasikan untuk kasus simtomatik, meskipun tingkat komplikasinya bisa signifikan (“Surgical treatment of craniovertebral junction instability in children with Down syndrome: a systematic review”, 2023) (Isaacs et al., 2023).
Pertimbangan Anestesi dan Pasca Operasi
Protokol Peningkatan Pemulihan Setelah Bedah (ERAS): Protokol ERAS telah diadaptasi untuk operasi anak, termasuk yang melibatkan anak-anak dengan DS. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi stres bedah dan meningkatkan pemulihan dengan mengoptimalkan puasa pra operasi, manajemen cairan, dan analgesia multimodal. Sebuah laporan kasus menunjukkan keberhasilan penerapan protokol ERAS pada anak dengan DS yang menjalani operasi perut, menghasilkan pengurangan komplikasi dan masa inap di rumah sakit yang lebih pendek (Segovia-Medina et al., 2024).
Komplikasi Pasca Opera: Anak-anak dengan DS mungkin menghadapi risiko komplikasi pasca operasi yang lebih tinggi, seperti masalah penyembuhan luka setelah operasi tulang belakang. Kesadaran akan risiko ini dapat membantu dalam mengoptimalkan teknik bedah dan perawatan pascaoperasi (Bonnyman et al., 2024).
Tantangan dan Pertimbangan
Meskipun operasi dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan DS, penting untuk mempertimbangkan tantangan potensial. Misalnya, adanya hipertensi paru dapat mempersulit operasi jantung, seperti yang terlihat pada kasus di mana seorang anak dengan DS dan hipertensi paru berat menghadapi risiko bedah yang tinggi (Kong et al., 2023)]. Selain itu, risiko ketidakstabilan hemodinamik pasca operasi, terutama pada operasi jantung, memerlukan manajemen perioperatif yang cermat (Carvalho et al., 2024). Terlepas dari tantangan ini, dengan perencanaan yang tepat dan perawatan multidisiplin, intervensi bedah dapat berhasil dilakukan pada anak-anak dengan DS, meningkatkan kualitas hidup dan hasil kesehatan mereka.