Anak-anak dengan keterbelakangan mental yang memiliki kesulitan motorik masih dapat belajar menghitung dengan baik, meskipun mereka mungkin menghadapi tantangan unik dan memerlukan metode pengajaran khusus. Penelitian menunjukkan bahwa sementara anak-anak ini mungkin berjuang dengan prinsip-prinsip penghitungan dasar dan keterampilan motorik, mereka dapat meningkatkan kemampuan menghitung mereka melalui intervensi yang ditargetkan dan lingkungan belajar interaktif. Perkembangan keterampilan menghitung pada anak-anak dengan keterbelakangan mental dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dan motorik mereka, tetapi dengan dukungan yang tepat, mereka dapat mencapai kemajuan yang signifikan.
Metode Pengajaran dan Intervensi
- Permainan sederhana dan media pembelajaran interaktif telah terbukti meningkatkan keterampilan berhitung pada anak-anak dengan cacat mental sedang. Misalnya, sebuah penelitian yang melibatkan permainan yang dirancang khusus menyebabkan peningkatan yang nyata dalam kemampuan menghitung di antara anak-anak dengan cacat mental sedang, dengan keuntungan dipertahankan dari waktu ke waktu(McEvoy, 1992).
- Desain interaktif yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak dengan keterbelakangan mental ringan dapat memfasilitasi pembelajaran. Sebuah studi menggunakan pendekatan desain yang berpusat pada pengguna untuk operasi penghitungan angka menunjukkan tingkat keberhasilan 92% dalam penyelesaian tugas, menunjukkan efektivitas alat pembelajaran interaktif (Finandhita & Octaviana, 2023).
Memahami Prinsip Penghitungan
- Anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat memahami prinsip-prinsip penghitungan dasar, seperti korespondensi satu-ke-satu dan prinsip utama, meskipun mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami konsep yang lebih kompleks seperti prinsip tatanan stabil dan keteraturan yang tidak relevan sampai nanti dalam perkembangan (Baroody, 1986) (Caycho et al., 1991).
- Penelitian pada anak-anak dengan sindrom Down dan cacat intelektual lainnya menunjukkan bahwa tingkat perkembangan, daripada sindrom spesifik, lebih terkait dengan perilaku menghitung. Anak-anak ini dapat dibimbing dengan prinsip penghitungan, mirip dengan anak-anak yang biasanya berkembang (Caycho et al., 1991).
Peran Keterampilan Motorik
- Keterampilan motorik halus (FMS) terkait dengan keterampilan menghitung awal dan pengetahuan penghitungan konseptual. Anak-anak dengan FMS yang lebih baik cenderung memiliki keterampilan menghitung prosedural yang lebih kuat, yang pada gilirannya mendukung pemahaman mereka tentang konsep penghitung (Fischer et al., 2018).
- Meskipun mengalami kesulitan motorik, anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat mengembangkan keterampilan menghitung melalui latihan yang konsisten dan pengulangan prosedur penghitungan, seperti penghitungan jari, yang membantu representasi angka (Fischer et al., 2018).
Tantangan dan Pertimbangan
- Anak-anak dengan kesulitan belajar yang parah dapat memperoleh keterampilan berhitung secara berbeda dibandingkan dengan teman sebaya yang biasanya berkembang. Mereka mungkin dapat menghitung tetapi berjuang dengan deteksi kesalahan, menunjukkan perlunya intervensi terfokus untuk menjembatani kesenjangan ini (Porter, 1998).
- Perbedaan individu dalam kemampuan menghitung signifikan di antara anak-anak dengan keterbelakangan mental, memerlukan strategi instruksional yang dipersonalisasi yang membahas kekuatan dan kelemahan spesifik (Baroody, 1986).
Sementara anak-anak dengan keterbelakangan mental dan kesulitan motorik menghadapi tantangan dalam belajar berhitung, penelitian menggarisbawahi potensi peningkatan yang signifikan dengan intervensi yang tepat. Penggunaan metode pengajaran interaktif dan menarik, bersama dengan fokus pada pengembangan keterampilan motorik halus, dapat mendukung anak-anak ini dalam memperoleh keterampilan berhitung. Namun, penting untuk mengenali variabilitas dalam kemampuan individu dan menyesuaikan pendekatan pendidikan yang sesuai.