Anak-anak dengan keterbelakangan mental, sekarang lebih sering disebut sebagai cacat intelektual, tidak secara definitif tidak dapat bersekolah. Faktanya, ada sejumlah besar penelitian dan kebijakan yang mengadvokasi untuk dimasukkannya dalam pengaturan pendidikan. Dimasukkannya anak-anak penyandang disabilitas intelektual di sekolah didukung oleh berbagai kerangka pendidikan dan mandat hukum, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pendidikan yang adil. Namun, keberhasilan integrasi anak-anak ini ke lingkungan sekolah tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketersediaan sumber daya, pelatihan guru, dan penerapan praktik pendidikan inklusif.
Kerangka Hukum dan Kebijakan
- Undang-Undang Pendidikan untuk Semua Anak Cacat (P.L. 94-142) telah berperan penting dalam meningkatkan peluang pendidikan bagi anak-anak penyandang cacat intelektual, mempromosikan inklusi mereka dalam pengaturan pendidikan umum dan khusus (Yu et al., 2009).
- Konvensi internasional, seperti Konvensi Hak-Hak Anak, menekankan hak atas pendidikan bagi semua anak, termasuk mereka yang cacat, dan mengadvokasi praktik pendidikan inklusif (Shubochkina & Ibragimova, 2022)].
Tantangan dan Hambatan
- Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering menghadapi tantangan terkait dengan pemrosesan kognitif, yang dapat memengaruhi pengalaman pendidikan mereka. Tantangan-tantangan ini memerlukan strategi pendidikan yang disesuaikan dan adaptasi kurikuler untuk memenuhi kebutuhan belajar yang unik mereka (Freitas & Ribeiro, 2019).
- Masalah kehadiran di sekolah lazim di antara anak-anak dengan kondisi perkembangan saraf, termasuk cacat intelektual. Faktor-faktor seperti kecemasan, gangguan emosional, dan kebutuhan pendidikan yang tidak terpenuhi dapat berkontribusi pada ketidakhadiran dan penolakan sekolah (Totsika et al., 2023) (Klan et al., 2024).
Strategi untuk Inklusi
- Keberhasilan penyertaan anak-anak penyandang cacat intelektual membutuhkan strategi pendidikan khusus, seperti perencanaan kurikulum individual, teknik perilaku, dan penggunaan asisten sekolah untuk mendukung pembelajaran dan sosialisasi (Kölch & Nolkemper, 2017) (Vasilakopoulou, 2022).
- Pendidikan inklusif mendapat manfaat dari komitmen seluruh sekolah, perencanaan berkualitas tinggi, dan pelatihan guru yang berkelanjutan. Sekolah yang telah berhasil menerapkan praktik inklusif sering menunjukkan fleksibilitas dan fokus yang kuat pada pelacakan kemajuan siswa (Holttum, 2015).
Manfaat Inklusi
- Inklusi dalam pengaturan pendidikan reguler memberikan peluang untuk sosialisasi dan interaksi dengan teman sebaya, yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan penerimaan anak-anak dengan disabilitas intelektual (Vasilakopoulou, 2022).
- Pendidikan inklusif tidak hanya mendukung perkembangan akademik anak-anak penyandang cacat intelektual tetapi juga mempersiapkan mereka untuk partisipasi sosial yang lebih luas dan kehidupan dewasa (Niure & Shrestha, 2023).
Meskipun penyertaan anak-anak penyandang disabilitas intelektual di sekolah didukung secara luas, masih ada tantangan yang harus ditangani. Ini termasuk memastikan sumber daya yang memadai, melatih guru untuk secara efektif mendukung pelajar yang beragam, dan menjembatani kesenjangan kebijakan-praktik yang dapat menghambat penerapan pendidikan inklusif. Selain itu, sikap masyarakat dan kesiapan lembaga pendidikan untuk merangkul keragaman memainkan peran penting dalam keberhasilan integrasi anak-anak ini ke dalam pengaturan pendidikan arus utama.