Menentukan apakah seorang anak dengan keterbelakangan mental harus belajar menulis huruf kapital atau huruf kecil terlebih dahulu melibatkan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kemampuan kognitif dan persepsi, strategi instruksional, dan kebutuhan spesifik anak. Penelitian menunjukkan bahwa huruf besar dan kecil memiliki keunggulan dan tantangan unik bagi anak-anak penyandang cacat intelektual. Keputusan harus disesuaikan dengan profil pembelajaran individu anak dan konteks pendidikan.
Pertimbangan Kognitif dan Perseptual
- Anak-anak dengan cacat intelektual sering menghadapi tantangan dalam persepsi visual dan koordinasi motorik, yang sangat penting untuk tulisan tangan. Huruf besar umumnya lebih seragam dalam ukuran dan bentuk, yang mungkin membuatnya lebih mudah bagi anak-anak dengan kesulitan persepsi untuk mengenali dan bereproduksi (Baroody, 1988) (Kvaraceus, 1954).
- Huruf kecil, bagaimanapun, lebih sering digunakan dalam membaca dan menulis, yang dapat membuatnya lebih relevan untuk keterampilan melek huruf praktis. Keakraban dengan huruf kecil dapat bermanfaat untuk pemahaman dan kefasihan baca (Vinter et al., 2023).
Strategi Instruksional
- Strategi pembelajaran asosiatif menyarankan memasangkan huruf besar dan kecil dengan nama dan suara mereka secara bersamaan, yang dapat membantu anak-anak memahami hubungan antara kedua kasus (Vinter et al., 2023).
- Program “Tulisan Tangan Tanpa Air Mata”, yang telah disesuaikan untuk anak-anak dengan cacat perkembangan, menekankan pentingnya praktik yang terstruktur dan konsisten. Program ini dapat efektif dalam mengajarkan huruf besar dan kecil, tergantung pada kesiapan anak dan tujuan instruksional (Goyen et al., 2024).
Implikasi Praktis dan Studi Kasus
- Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak sering memulai dengan huruf besar karena kesederhanaannya dan fakta bahwa mereka sering menjadi huruf pertama yang dipelajari anak-anak, seperti yang ada dalam nama mereka (Treiman & Kessler, 2004).
- Dalam pengaturan pendidikan khusus, fokusnya sering pada pengembangan keterampilan motorik halus dan integrasi visual-motorik, yang merupakan dasar untuk menulis huruf apa pun. Terapi okupasi dapat memainkan peran penting dalam mempersiapkan anak-anak untuk tulisan tangan dengan mengatasi keterampilan yang mendasarinya ini (Kalaichandran, 2024).
Sementara huruf besar mungkin lebih mudah bagi anak-anak dengan keterbelakangan mental untuk belajar pada awalnya karena keseragaman dan kesederhanaannya, huruf kecil lebih praktis untuk tugas membaca dan menulis sehari-hari. Pilihan antara memulai dengan huruf besar atau huruf kecil harus mempertimbangkan kebutuhan belajar khusus anak, konteks pendidikan, dan tujuan instruksi tulisan tangan. Selain itu, mengintegrasikan kedua kasus melalui pembelajaran asosiatif dan praktik yang konsisten dapat memberikan pendekatan yang seimbang untuk mengembangkan keterampilan literasi.