Menentukan apakah lebih baik bagi seorang anak dengan keterbelakangan mental untuk belajar berhitung di rumah atau di sekolah melibatkan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk lingkungan belajar, metode pengajaran, dan kebutuhan individu anak. Baik pengaturan rumah maupun sekolah menawarkan keuntungan dan tantangan unik untuk mengajarkan keterampilan berhitung kepada anak-anak dengan keterbelakangan mental. Efektivitas setiap pengaturan dapat bergantung pada sumber daya yang tersedia, keterlibatan pengasuh atau pendidik, dan strategi pembelajaran khusus yang digunakan. Di bawah ini, manfaat dan keterbatasan setiap pengaturan dieksplorasi.
Belajar di Sekolah
- Lingkungan Terstruktur: Sekolah menyediakan lingkungan terstruktur dengan kurikulum yang dirancang untuk memenuhi standar pendidikan. Struktur ini dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan keterbelakangan mental karena menawarkan konsistensi dan rutinitas, yang penting untuk belajar (Finandhita & Octaviana, 2023).
- Akses ke Sumber Daya Khusus: Sekolah sering memiliki akses ke sumber daya khusus dan pendidik terlatih yang dapat menerapkan metode pengajaran interaktif dan menarik, seperti menggunakan permainan untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna (McEvoy & McConkey, 2009) (McEvoy, 1992).
- Interaksi Sosial: Berada di lingkungan sekolah memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya, yang dapat meningkatkan pembelajaran melalui sosialisasi dan kegiatan kolaboratif (Onnivello et al., 2019).
- Penilaian dan Dukungan Profesional: Sekolah dapat memberikan penilaian profesional dan layanan dukungan, seperti terapi wicara dan okupasi, yang dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran (Xin & Holmdal, 2003).
Belajar di Rumah
- Perhatian yang Dipersonalisasi: Di rumah, anak-anak dapat menerima perhatian satu lawan satu dari pengasuh, memungkinkan pengalaman belajar yang dipersonalisasi yang disesuaikan dengan kecepatan dan minat anak (Benavides-Varela et al., 2016).
- Konteks Kehidupan Nyata: Lingkungan rumah menawarkan kesempatan untuk belajar berhitung dalam konteks kehidupan nyata, seperti selama persiapan makan atau berbelanja, yang dapat membuat pembelajaran lebih relevan dan praktik (Xin & Holmdal, 2003).
- Keterlibatan Orangtua: Orang tua dapat memainkan peran penting dalam memperkuat pembelajaran melalui kegiatan dan permainan sehari-hari, yang secara signifikan dapat berdampak pada keterampilan numerik anak (Benavides-Varela et al., 2016).
- Fleksibilitas: Pembelajaran di rumah memungkinkan fleksibilitas dalam penjadwalan dan mengadaptasi metode pengajaran agar sesuai dengan suasana hati dan tingkat energi anak, yang dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak dengan keterbelakangan mental (Benavides-Varela et al., 2016).
Tantangan dan Pertimbangan
Meskipun lingkungan rumah dan sekolah memiliki kelebihan, ada tantangan yang perlu dipertimbangkan. Sekolah mungkin menghadapi keterbatasan dalam memberikan perhatian individual karena ukuran kelas yang lebih besar dan kurikulum standar yang mungkin tidak sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan anak-anak dengan keterbelakangan mental (Finandhita & Octaviana, 2023). Sebaliknya, lingkungan rumah mungkin kekurangan sumber daya dan keahlian khusus yang tersedia di sekolah, berpotensi membatasi ruang lingkup pengalaman belajar (Benavides-Varela et al., 2016). Selain itu, efektivitas pembelajaran di rumah sangat bergantung pada kemampuan orang tua untuk terlibat dan mengajar secara efektif, yang dapat sangat berbeda(Benavides-Varela et al., 2016).
Kesimpulannya, keputusan apakah seorang anak dengan keterbelakangan mental harus belajar berhitung di rumah atau di sekolah tidak mudah dan tergantung pada berbagai faktor, termasuk kebutuhan spesifik anak, sumber daya yang tersedia, dan keterlibatan pengasuh dan pendidik. Pendekatan gabungan, memanfaatkan kekuatan kedua lingkungan, dapat menawarkan dukungan paling komprehensif untuk pembelajaran dan perkembangan anak.