Anak-anak dengan keterbelakangan mental, seperti mereka dengan sindrom Down (DS) atau cacat intelektual dan perkembangan lainnya (IDD), dapat mengonsumsi gula dan makanan olahan, tetapi ada pertimbangan penting mengenai asupan makanan mereka. Konsumsi makanan ini harus dikelola dengan hati-hati karena potensi implikasi kesehatan, termasuk obesitas, fungsi kognitif, dan keseimbangan nutrisi secara keseluruhan. Bagian berikut mengeksplorasi dampak gula dan makanan olahan pada anak-anak dengan keterbelakangan mental, diambil dari berbagai penelitian.
Dampak Gula dan Makanan Olahan
- Risiko Obesitas dan Kelebihan Berat Badan: Anak-anak dengan DS dan IDD lainnya berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan kelebihan berat badan, sebagian karena kebiasaan makan yang buruk dan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Penelitian telah menunjukkan prevalensi tinggi konsumsi makanan olahan di antara anak-anak ini, yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan masalah kesehatan terkait (Saito et al., 2021) (Schenkelberg et al., 2023).
- Fungsi Kognitif: Konsumsi makanan ultra-olahan, termasuk minuman manis dan permen, telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada anak-anak. Konsumsi permen dan produk roti manis yang sering dikaitkan dengan skor yang lebih rendah dalam penilaian kognitif, menunjukkan dampak negatif pada kemampuan intelektual (Liu et al., 2023)].
- Kualitas Diet: Diet tinggi makanan olahan dan kualitas gizi rendah dapat memperburuk cacat perkembangan. Skor Indeks Makan Sehat (HEI) yang lebih tinggi, menunjukkan kualitas makanan yang lebih baik, dikaitkan dengan risiko cacat perkembangan yang lebih rendah, menekankan pentingnya diet seimbang (Gui et al., 2023).
Praktik dan Rekomendasi Diet
- Pemantauan Nutrisi: Sangat penting untuk melibatkan ahli gizi dalam perencanaan diet untuk anak-anak dengan DS dan IDD lainnya untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang dan untuk meminimalkan konsumsi makanan olahan. Hal ini dapat membantu menjaga homeostasis dan mengurangi risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya (Saito et al., 2021).
- Intervensi Diet: Menerapkan intervensi diet yang berfokus pada pengurangan asupan makanan ultra-olahan dan meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan utuh dapat meningkatkan hasil kesehatan. Intervensi semacam itu harus menjadi bagian dari pendekatan multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan diet unik anak-anak dengan keterbelakangan mental (Schenkelberg et al., 2023) (Lugovaya & Averyanova, 2020).
- Pendidikan Orangtua: Mendidik orang tua tentang potensi kesalahan diet dan pentingnya diet seimbang sangat penting. Banyak orang tua dari anak-anak dengan DS tidak menghilangkan nutrisi apa pun dari makanan anak-anak mereka, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi (Białek-Dratwa et al., 2022)].
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara konsumsi gula dan makanan olahan menimbulkan risiko tertentu, penting untuk menyadari bahwa makanan ini dapat menjadi bagian dari diet seimbang jika dikonsumsi dalam jumlah sedang. Kuncinya adalah memastikan bahwa anak-anak dengan keterbelakangan mental menerima nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Ini melibatkan pendekatan komprehensif yang mencakup perencanaan diet, aktivitas fisik teratur, dan pemantauan berkelanjutan oleh profesional kesehatan. Selain itu, kebutuhan diet individu dapat bervariasi, dan rencana nutrisi yang dipersonalisasi harus dikembangkan untuk memenuhi kondisi dan preferensi kesehatan tertentu.