A student sits alone in a school classroom, depicting solitude and contemplation.

Apakah Anak Dengan Retardasi Mental Bisa Memiliki Bisnis Sendiri?

Anak-anak dengan keterbelakangan mental, seperti individu penyandang cacat lainnya, memang dapat memiliki bisnis sendiri. Potensi kewirausahaan di antara para penyandang cacat semakin diakui sebagai jalan yang layak menuju kemandirian dan penentuan nasib sendiri. Berbagai penelitian dan inisiatif telah menunjukkan bahwa dengan dukungan, pelatihan, dan sumber daya yang tepat, individu penyandang cacat dapat berhasil terlibat dalam kegiatan kewirausahaan. Ini termasuk anak-anak dengan keterbelakangan mental, yang dapat diberdayakan melalui alat pendidikan yang disesuaikan dan lingkungan yang mendukung. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci yang menyoroti kelayakan dan mekanisme dukungan untuk kewirausahaan di antara kelompok ini.

Pendidikan dan Alat Kewirausahaan

  • SMART-PUBLISH Kickstarter Toolkit adalah contoh alat pendidikan yang dirancang untuk mendorong kewirausahaan di kalangan siswa dengan kebutuhan khusus. Toolkit ini memfasilitasi penulisan, ilustrasi, dan penerbitan buku bergambar anak-anak, sehingga mempromosikan kreativitas dan keterampilan kewirausahaan di antara siswa penyandang disabilitas (Arumugam et al., 2024).
  • Pendidikan kewirausahaan sangat penting dalam melengkapi individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola bisnis. Di Malaysia, misalnya, ada dukungan kuat untuk pendidikan kewirausahaan di kalangan pendidik pendidikan khusus, yang penting untuk menumbuhkan keterampilan kewirausahaan pada anak-anak dengan keterbelakangan mental (Arumugam et al., 2024).

Program Pelatihan dan Dukungan

  • Inisiatif pelatihan kewirausahaan digital, seperti program SKIL-TERPRENEUR OKU, telah menunjukkan bahwa dengan pelatihan dan bimbingan yang tepat, individu penyandang cacat dapat mencapai kemandirian dan kesuksesan dalam bisnis. Program ini menyoroti pentingnya alat digital dan mengadaptasi bisnis dengan keadaan saat ini, yang dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan keterbelakangan mental (Subhi et al., 2024).
  • Platform online seperti Reclaiming EmploymentTM menyediakan pendidikan wirausaha bagi individu dengan cacat kejiwaan, menunjukkan kelayakan menggunakan alat digital untuk mendukung kewirausahaan di antara mereka yang memiliki tantangan mental (Ostrow et al., 2024).

Kompetensi dan Kepribadian Wirausaha

  • Kompetensi kewirausahaan dan ciri-ciri kepribadian, seperti kreativitas dan pengambilan risiko, merupakan pendorong signifikan komitmen kewirausahaan di antara pemilik usaha mikro yang cacat. Ciri-ciri ini dapat dipelihara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental untuk meningkatkan potensi kewirausahaan mereka (Ie et al., 2024).
  • Kualitas pribadi seperti kreativitas, ketekunan, dan fleksibilitas bermanfaat bagi pengusaha penyandang cacat. Kualitas-kualitas ini dapat dikembangkan pada anak-anak dengan keterbelakangan mental melalui program pendidikan dan pelatihan yang ditarget (Balcazar et al., 2023).

Hambatan dan Strategi

  • Terlepas dari potensi, individu penyandang cacat, termasuk anak-anak dengan keterbelakangan mental, menghadapi hambatan sistemik seperti diskriminasi dan kurangnya dukungan formal. Mengatasi hambatan-hambatan ini melalui kebijakan yang mendukung dan inisiatif yang dapat disesuaikan sangat penting untuk menumbuhkan kewirausahaan (Balcazar et al., 2023) (Queruel et al., 2023).
  • Strategi untuk mempromosikan kewirausahaan di kalangan penyandang cacat termasuk memberikan dukungan sosial, pendampingan, dan akses ke sumber daya. Strategi ini dapat disesuaikan untuk mendukung anak-anak dengan keterbelakangan mental dalam upaya kewirausahaan mereka (Balcazar et al., 2023).

Sementara potensi kewirausahaan di kalangan anak-anak dengan keterbelakangan mental menjanjikan, penting untuk mengakui tantangan yang mungkin mereka hadapi. Hambatan sistemik, seperti diskriminasi dan kurangnya infrastruktur, dapat menghambat upaya kewirausahaan mereka. Namun, dengan sistem pendukung yang tepat, alat pendidikan, dan program pelatihan, tantangan ini dapat dikurangi, memungkinkan anak-anak dengan keterbelakangan mental untuk mengejar kewirausahaan dengan sukses. Pengembangan kebijakan inklusif dan inisiatif yang dapat disesuaikan sangat penting dalam menciptakan lingkungan di mana anak-anak ini dapat berkembang sebagai pengusaha.

Arumugam, S., Mustafa, M. C., Abdullah, N., Shamsudin, L. D. binti, Jamil, M., & Dzainudin, M. (2024). From Classroom to Creativity: SMART-PUBLISH Toolkit for Special Needs Entrepreneurship in Publishing Children’s Picture Books. Journal of Ecohumanism. https://doi.org/10.62754/joe.v3i8.5499
Subhi, N., Alavi, ‪Khadijah, Mohd, R. H., Akhir, N. M., & Mohamad, M. S. (2024). Advancing Independence for Persons with Disabilities: Insights from a Digital Entrepreneurship Training Initiative. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. https://doi.org/10.6007/ijarafms/v14-i4/24221
Ostrow, L., Pelot, M., Burke-Miller, J. K., Robinett, K., & Nemec, P. B. (2024). Reclaiming employment: A pilot study of online entrepreneurship training for individuals with psychiatric disabilities. Jig’eob Jaehwal Yeon’gu. https://doi.org/10.3233/jvr-240020
Ie, M., Maupa, H., & Madris, M. (2024). Entrepreneurial competence and personality as drivers of entrepreneurial commitment: a study on disabled micro-business owners. International Journal of Application on Economics and Business. https://doi.org/10.24912/ijaeb.v2i1.2903-2912
Balcazar, F. E., Murthy, S., Gibbons, T. M., Sefandonakis, A., Renko, M., Harris, S. P., & Caldwell, K. E. (2023). Supports and barriers that entrepreneurs with disabilities encounter when starting their businesses. Rehabilitation Psychology. https://doi.org/10.1037/rep0000479
Queruel, E., Renouf, J., & Halabisky, D. (2023). Entrepreneurship for people with disability in European countries. Entreprendre & Innover. https://doi.org/10.3917/entin.055.0013
Scroll to Top