Anak-anak dengan keterbelakangan mental memang dapat memahami aturan dan sopan santun, meskipun kemampuan mereka untuk melakukannya dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan cacat intelektual mereka dan metode yang digunakan untuk mengajar mereka. Penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi dan dukungan pendidikan yang tepat, anak-anak penyandang cacat intelektual dapat belajar dan menerapkan norma dan perilaku sosial dalam berbagai konteks. Namun, mereka sering membutuhkan intervensi terstruktur dan bimbingan berkelanjutan untuk mencapai dan mempertahankan keterampilan ini.
Memahami dan Mempelajari Aturan
- Sosiodrama dan Pembelajaran Terstruktur: Anak-anak dengan disabilitas intelektual ringan dapat belajar disiplin dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui metode pembelajaran terstruktur seperti sosiodrama. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk mempraktikkan skenario sosial dalam lingkungan yang terkendali, yang membantu dalam memahami dan menginternalisasi aturan dan tingkah laku (Zakia et al., 2024)].
- Program Pelatihan: Program seperti “Aman dan Sosal” telah dikembangkan untuk membantu individu penyandang cacat intelektual membedakan perilaku yang sesuai dalam konteks sosial yang berbeda. Program-program ini menekankan pemahaman batas-batas sosial dan kesesuaian perilaku, yang sangat penting untuk mempelajari tata krama dan aturan (Tinney et al., 2014).
Pengembangan Keterampilan Sosial
- Keterampilan dan Kompetensi Sosial: Keterampilan sosial merupakan komponen penting dari kompetensi sosial, yang mencakup kemampuan untuk berfungsi secara efektif dalam situasi sosial. Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering mengalami defisit dalam keterampilan sosial, tetapi ini dapat ditingkatkan melalui intervensi yang ditargetkan seperti pemodelan video dan cerita sosial (Horishna, 2022) (Gül, 2016).
- Teori Pikiran (ToM) dan Kognisi Sosial: Anak-anak dengan cacat intelektual mungkin berjuang dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan Teori Pikiran, seperti mengenali emosi dan niat orang lain. Namun, dengan dukungan yang tepat, mereka dapat meningkatkan kognisi sosial mereka, yang penting untuk memahami dan mengikuti aturan sosial (Youb, 2022) (Jacobs et al., 2020).
Aplikasi Praktis dan Intervensi
- Pelatihan Perilaku Waktu Makan: Program yang berfokus pada keterampilan sosial tertentu, seperti perilaku waktu makan yang tepat, telah menunjukkan bahwa anak-anak penyandang cacat intelektual dapat belajar dan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan pelatihan dan penguatan yang konsisten (O’Brien & Azrin, 1972).
- Interaksi dan Sosialisasi: Mengembangkan kompetensi sosial terkait teman sebaya sangat penting bagi anak-anak penyandang cacat. Program intervensi dini yang mencakup tujuan kompetensi sosial dapat secara signifikan membantu dalam mengajar anak-anak bagaimana berinteraksi secara positif dengan teman sebaya, sehingga memahami dan mematuhi norma sosial (Odom, 2005).
Sementara anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat mempelajari aturan dan sopan santun, prosesnya membutuhkan strategi pendidikan yang disesuaikan dan dukungan yang konsisten. Efektivitas intervensi ini dapat bervariasi berdasarkan kemampuan individu dan tingkat keparahan cacat intelektual. Penting untuk menyadari bahwa sementara beberapa anak dapat mencapai tingkat kompetensi sosial yang tinggi, yang lain mungkin terus membutuhkan bimbingan dan dukungan untuk menavigasi situasi sosial secara efektif.