Pertanyaan apakah seorang anak dengan keterbelakangan mental dapat menjadi mandiri sebagai orang dewasa memiliki banyak segi, melibatkan pertimbangan kemampuan individu, sistem pendukung, dan struktur masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa sementara kemandirian penuh mungkin tidak dapat dicapai untuk semua individu dengan cacat intelektual, langkah signifikan menuju otonomi dapat dibuat melalui intervensi yang ditargetkan, dukungan keluarga, dan akomodasi masyarakat. Transisi ke masa dewasa untuk individu dengan disabilitas intelektual melibatkan kombinasi pengembangan keterampilan, lingkungan yang mendukung, dan kerangka hukum yang mempromosikan otonomi sambil memastikan dukungan yang diperlukan.
Pengembangan dan Pelatihan Keterampilan
- Keterampilan Hidup Mandiri: Mengajar keterampilan hidup mandiri sangat penting bagi individu dengan cacat intelektual. Keterampilan ini mencakup kegiatan sehari-hari dasar seperti kebersihan pribadi, pekerjaan rumah tangga, dan tugas kejuruan. Strategi pendidikan seperti perekaman diri, evaluasi diri, dan penguatan diri efektif dalam mempromosikan keterampilan ini (Vasilakopoulou, 2022).
- Program Pengembangan Diri Sendiri: Program yang berfokus pada pengembangan diri telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan kemandirian di kalangan siswa dengan keterbelakangan mental. Program-program ini membantu siswa belajar mengelola tugas sehari-hari dan mengekspresikan kebutuhan mereka, berkontribusi pada otonomi mereka (Rahmah et al., 2022) (Hayati, 2021).
- Teknologi Bantuan: Penggunaan teknologi bantu seluler, seperti jadwal aktivitas video, dapat meningkatkan kemandirian kejuruan dengan mengurangi ketergantungan pada permintaan orang dewasa. Pendekatan ini telah efektif dalam berbagai pengaturan, termasuk sekolah dan tempat kerja (O’Neill et al., 2025).
Dukungan Keluarga dan Komunitas
- Keterlibatan Keluarga: Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam menumbuhkan kemandirian. Penelitian menunjukkan korelasi yang kuat antara dukungan keluarga dan kemampuan anak-anak dengan keterbelakangan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (Iwal et al., 2023).
- Intervensi Berbasis Komunitas: Program komunitas, seperti pelatihan resistensi, telah terbukti meningkatkan kebugaran fisik dan kemandirian fungsional pada orang dewasa dengan cacat intelektual. Program-program ini memberdayakan individu dengan meningkatkan kemampuan fisik dan kepercayaan mereka (Obrusnikova et al., 2021).
Kerangka Hukum dan Masyarakat
- Pengambilan Keputusan Alternatif: Kerangka hukum yang mendukung pengambilan keputusan alternatif, seperti pengambilan keputusan yang didukung dan surat kuasa, sangat penting untuk mempromosikan otonomi sambil memastikan dukungan yang diperlukan. Kerangka kerja ini membantu menyeimbangkan independensi dengan perlindungan, memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sejauh mungkin (Turchi et al., 2024).
- Model Disabilitas: Model sosial disabilitas menekankan peran struktur masyarakat dalam memungkinkan atau menghambat kemandirian. Model ini menganjurkan pergeseran dari melihat kecacatan sebagai defisit individu ke mengakui perlunya penyesuaian sosial untuk mendukung kemandirian (Mladenov, 2024).
Sementara potensi kemandirian bervariasi di antara individu dengan cacat intelektual, kombinasi pengembangan keterampilan, lingkungan yang mendukung, dan kerangka hukum dapat secara signifikan meningkatkan otonomi mereka. Namun, penting untuk mengakui bahwa kemerdekaan tidak sama dengan swasembada total. Konsep kemandirian untuk individu dengan disabilitas intelektual sering melibatkan saling ketergantungan, di mana sistem pendukung dan akomodasi masyarakat memainkan peran penting dalam memungkinkan otonomi. Perspektif ini sejalan dengan model sosial disabilitas, yang menganjurkan perubahan sosial untuk memfasilitasi kemandirian dan inklusi (Mladenov, 2024).