Anak-anak dengan keterbelakangan mental, atau cacat intelektual, memang dapat menjalin persahabatan dengan anak-anak lain, meskipun mereka mungkin menghadapi tantangan unik dalam melakukannya. Penelitian menunjukkan bahwa sementara anak-anak ini sering mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, berbagai intervensi dan lingkungan yang mendukung dapat memfasilitasi pengembangan persahabatan yang bermakna. Persahabatan ini sangat penting untuk inklusi sosial dan kesejahteraan emosional mereka. Bagian berikut mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi persahabatan ini dan strategi yang dapat mendukungnya.
Tantangan dalam Membentuk Persahabatan
- Kesulitan Fungsi Sosial: Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering berjuang dengan fungsi sosial karena perbedaan keterampilan kognitif dan emosional, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk membentuk persahabatan dengan rekan yang biasanya berkembang (Cordier et al., 2023) (Suchyadi et al., 2018).
- Penerimaan dalam Pengaturan Inklusif: Dalam pengaturan pendidikan inklusif, anak-anak dengan cacat perkembangan, termasuk cacat intelektual, seringkali kurang diterima oleh teman sebaya mereka yang biasanya berkembang, yang dapat membatasi peluang mereka untuk membentuk persahabatan (Kekerić et al., 2022).
- Partisipasi Sosial yang Lebih Rendah: Penelitian menunjukkan bahwa siswa penyandang cacat, termasuk mereka yang cacat intelektual, cenderung tidak dinominasikan sebagai teman atau mitra nongkrong, menunjukkan partisipasi sosial yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka (Mamas & Goldan, 2023).
Memfasilitasi Persahabatan
- Program Intervensi: Intervensi tertentu telah terbukti meningkatkan fungsi sosial dan membina persahabatan di antara anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf. Program-program ini sering melibatkan pendidik, menargetkan karakteristik anak tertentu, dan secara aktif melibatkan teman sebaya untuk memfasilitasi persepsi dan interaksi positif (Cordier et al., 2023).
- Papan Mikro: Membangun Microboards, yang merupakan jaringan dukungan formal, dapat membantu anak-anak penyandang cacat intelektual membangun jaringan dukungan sebaya yang bertahan lama, yang berpotensi mengarah pada persahabatan langgeng (David et al., 2024).
- Koneksi Soal Virtual: Program yang mempromosikan koneksi sosial virtual juga dapat mendukung pengembangan persahabatan dengan menyediakan ruang yang aman dan mandiri untuk interaksi, yang dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak penyandang cacat (Smart et al., 2023).
Hasil dan Perspektif Positif
- Modal Sosial: Persahabatan berkontribusi pada modal sosial, yang menyediakan sumber daya dan dukungan sepanjang hidup. Untuk individu dengan cacat perkembangan, termasuk cacat intelektual, modal sosial dapat membantu mengatasi kebutuhan layanan dan meningkatkan kualitas hidup (Hoyle et al., 2022).
- Keinginan untuk Hubungan: Anak-anak dan remaja penyandang disabilitas intelektual mengungkapkan keinginan yang kuat untuk pendidikan dan dukungan mengenai hubungan, menunjukkan minat mereka dalam membentuk dan memelihara persahabatan (Brown et al., 2024).
- Perspektif Rekan: Persahabatan inklusif, di mana teman sebaya dengan dan tanpa cacat terlibat secara otentik, dapat dipupuk melalui tahap persiapan dan tindakan, mempromosikan keterlibatan sosial dan saling pengertian (Shikarpurya et al., 2024).
Sementara anak-anak dengan disabilitas intelektual menghadapi tantangan dalam membentuk persahabatan, ini dapat dikurangi melalui intervensi yang ditargetkan, lingkungan yang mendukung, dan praktik inklusif. Penting untuk mengenali potensi anak-anak ini untuk mengembangkan hubungan yang bermakna, yang secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan emosional mereka. Namun, sikap dan struktur masyarakat yang lebih luas sering menimbulkan hambatan bagi persahabatan ini, memerlukan upaya berkelanjutan untuk mempromosikan penerimaan dan inklusi dalam berbagai konteks sosial.