Anak-anak dengan disleksia sering mengalami peningkatan tingkat kecemasan dan stres karena kesulitan mereka dalam membaca. Asosiasi ini didokumentasikan dengan baik di berbagai penelitian, yang menyoroti tantangan psikologis yang dihadapi oleh anak-anak dengan disleksia dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang biasanya berkembang. Masalah emosional dan perilaku yang terkait dengan disleksia dapat secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental anak dan kesejahteraan secara keseluruhan. Bagian berikut menyelidiki aspek-aspek spesifik dari hubungan ini, didukung oleh bukti dari makalah penelitian yang disediakan.
Masalah Kecemasan dan Perilaku
- Anak-anak dengan disleksia menunjukkan tingkat kecemasan dan masalah perilaku yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang biasanya berkembang. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menggunakan alat seperti Child Behavior Checklist dan State Trait Anxiety Inventory, yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, dan perilaku mengganggu (Adi et al., 2024).
- Kehadiran kecemasan pada anak-anak dengan disleksia bukan hanya perpanjangan linier dari kesulitan membaca tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti konsep diri dan kecemasan sosial, yang secara unik dipengaruhi oleh diagnosis disleksia (Donolato et al., 2024).
Kecerdasan Emosional dan Konsep Diri
- Anak-anak disleksia sering memiliki konsep diri membaca yang lebih rendah dan sifat kecerdasan emosional, yang merupakan prediktor negatif kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa memperbaiki area ini berpotensi mengurangi tingkat kecemasan pada anak-anak dengan disleksia (Polychroni et al., 2024).
- Dampak emosional disleksia semakin diperparah oleh stres yang terkait dengan kinerja akademik, terutama dalam tugas-tugas seperti membaca dengan keras, yang dapat memicu respons hormonal terkait stres (Buchweitz et al., 2023).
Dampak Diagnosis Dini dan Dukungan
- Diagnosis dini dan dukungan untuk disleksia dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan hasil pendidikan. Anak-anak yang didiagnosis pada usia yang lebih muda cenderung mengalami lebih sedikit kecemasan dan lebih mungkin untuk melanjutkan pendidikan mereka dibandingkan dengan mereka yang didiagnosis kemudian (Arnalds & Harðardóttir, 2024).
- Keterhubungan sekolah memainkan peran penting dalam memediasi hubungan antara disleksia dan kecemasan. Anak-anak dengan disleksia yang merasa terhubung dengan lingkungan sekolah mereka melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah (Wilmot et al., 2024).
Implikasi Psikologis yang Lebih Luas
- Disleksia dikaitkan dengan berbagai gejala psikologis, termasuk stres dan depresi, yang bertahan dari waktu ke waktu. Ini menggarisbawahi perlunya intervensi yang mengatasi kemampuan membaca dan kondisi psikologis (Xiao et al., 2023).
- Pengalaman sosial-emosional anak-anak dengan disleksia, seperti yang dilaporkan oleh anak-anak dan orang tua mereka, menyoroti pentingnya dukungan masyarakat, termasuk hubungan keluarga dan sekolah, dalam mengelola kecemasan dan stres (Wilmot et al., 2022).
Sementara bukti sangat mendukung hubungan antara disleksia dan peningkatan kecemasan dan stres, penting untuk mempertimbangkan peran perbedaan individu dan faktor lingkungan. Tidak semua anak dengan disleksia akan mengalami kecemasan pada tingkat yang sama, dan faktor-faktor seperti intervensi dini, lingkungan pendidikan yang mendukung, dan konsep diri yang positif dapat memainkan peran protektif. Selain itu, interaksi antara disleksia dan kondisi lain, seperti ADHD, dapat semakin mempersulit profil psikologis anak-anak yang terkena, memerlukan pendekatan individual yang komprehensif untuk dukungan dan intervensi.